Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Halim Diusulkan Balik jadi Bandara Militer, Maskapai "Ogah" Pindah

Kompas.com - 14/04/2016, 07:00 WIB
Kompas TV Bandara Halim Sudah Keluar dari Bandara Merugi

Sama seperti Citilink, Batik Air juga mengklaim sudah mengeluarkan investasi yang tidak sedikit. "Kalau digusur kami akan minta ganti rugi,"  ujarnya.

Butuh Waktu

Menurut Novie Riyanto, Direktur Navigasi Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemhub), proses pemindahan semua penerbangan dari Halim ke Soekarno Hatta butuh waktu.

Pasalnya, pemerintah harus mengembangkan infrastruktur dan sistem navigasi di Soekarno Hatta. "Tidak bisa langsung berjalan, paling tidak butuh waktu setahun masa transisi," katanya.

Dari sisi infrastruktur, Angkasa Pura II, pengelola kedua  bandara juga harus melakukan pembangunan east cross taxiway yang menghubungkan landasan yang ada dari Selatan ke Timur.

Lantas, mereka juga  membangun rapid exit hingga perubahan pengelolaan landasan untuk terbang dan mendarat.

Sementara itu lembaga navigasi, Airnav Indonesia harus meningkatkan sistem otomatis dan implementasi penggunaan radar untuk memantau pergerakan pesawat di landasan yang semakin padat.

Novie sendiri belum melihat adanya bandara lain yang bisa menjadi alternatif lain, selain opsi pindah kembali ke Soekarno Hatta.

Menurutnya Bandara Kertajati di Majalengka Jawa Barat secara lokasi masih terlalu jauh dan lebih menjangkau warga Jawa Barat ketimbang konsumen di ibukota.

Sedangkan pengembangan bandara baru juga masih belum ada. "Ada banyak opsi tapi belum final karena kebijakan pemerintah tidak boleh ada alokasi untuk bandara di Jawa," imbuhnya.

Asal tahu saja, pasca peristiwa senggolan tersebut, saat dengar pendapat dengan Komisi V DPR RI. 

Para wakil rakyat  menilai perlu ada pengkajian  terkait kelayakan dan keselamatan penerbangan sipil.

Parlemen memberikan waktu  bagi pemerintah untuk merampungkan kajian itu sampai Oktober 2016 nanti. (RR Putri Werdiningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com