JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak dunia yang anjlok dalam beberapa waktu terakhir memaksa para pelaku industri hulu minyak dan gas bumi (migas) harus mengencangkan ikat pinggang.
Sekretaris Indonesian Petroleum Association (IPA) Ronald Gunawan menjelaskan, anjloknya harga minyak dunia tersebut membuat industri hulu migas mengkaji ulang berbagai rencana kegiatannya.
Imbasnya, terjadi penundaan beberapa proyek agar industri dapat bertahan di tengah harga minyak yang masih belum menguntungkan.
"Kami kencangkan ikat pinggang. Kami lihat opex (belanja operasional) dan capex (belanja modal). Kami restrukturisasi juga, salah satunya beberapa proyek terpaksa ditunda. Intinya agar bisa survive," kata Ronald di Jakarta, Selasa (10/5/2016).
Dengan kondisi harga minyak dunia yang berada di bawah 50 dollar AS per barel, maka harga ini tidak ekonomis bagi sumur yang biaya produksinya di atas harga minyak. Akibatnya, pengembangan sumur tersebut dihentikan.
"Banyak juga sumur yang belum bisa berkembang. Dan melihat talent gap, orang akan banyak yang berganyi ke jenis industri lainnya," jelas Ronald.
Ia mengatakan, penundaan kegiatan pencarian cadangan minyak akan memberikan dampak panjang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.