Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Produk Organik Makin Menggeliat

Kompas.com - 23/05/2016, 15:37 WIB
Muhammad Fajar Marta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga jual yang stabil dan meningkatnya kesadaran hidup sehat membuat bisnis produk organik makin menggeliat.

Meskipun pangsa pasarnya masih kecil, namun permintaan produk organik terus meningkat.

“Harga produk-produk organik juga makin terjangkau oleh masyarakat.  Itu karena produk organik kini langsung dipasarkan oleh gabungan kelompok petani. Ini membuat banyak rantai pemasaran yang terpotong,” kata Ketua Pasar Organik Produk Indonesia (POPI) Neveauty Egenetica Goentoro Senin (23/5/2016) di Jakarta.

Produk organik merupakan bahan pangan yang diproduksi dengan metode pertanian organik.

Dalam prosesnya, pertanian organik tidak menggunakan bahan-bahan sintetik seperti pestisida sintetik dan pupuk kimia.

Produk organik juga tidak diproses menggunakan pelarut industri atau bahan tambahan makanan kimiawi.

Menurut Neveauty, permintaan produk organik meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir.

“Masyarakat kelas menengah kini semakin sadar untuk menerapkan pola hidup sehat termasuk mengkonsumsi produk pangan organik,” katanya.

Kesadaran tersebut muncul antara lain karena dalam beberapa tahun terakhir,  jumlah penderita penyakit degeneratif di usia produktif semakin meningkat di kalangan perkotaan.

Selain stress akibat jadwal kerja yang padat dan polusi lingkungan, penyakit degeneratif seperti kanker, darah tinggi, dan kolesterol juga dipicu oleh pola konsumsi makanan yang tidak sehat.

Petani organik bergairah

Neveauty menjelaskan, meningkatkan permintaan membuat petani makin bergairah memproduksi pangan organik.

“Apalagi, harga produk organik lebih stabil dibandingkan produk pertanian konvensional. Misalnya, ketika panen raya, harga tomat konvensional bisa terjun bebas menjadi hanya Rp 500 per kg. Sementara, harga tomat organik di tingkat petani tidak terpengaruh, tetap Rp 8.000 – Rp 10.000 per kg,” kata lulusan Fakultas Pertanian UGM itu.

Namun, diakui Neveauty, tak mudah untuk menghasilkan produk organik.

Tak seperti pertanian konvensional, pertanian organik membutuhkan kesabaran dan kreatifitas.

Sebab, petani harus memastikan seluruh prosesnya memenuhi kaidah organik mulai dari benih, medium tanah tidak terkontaminasi bahan kimia berbahaya hingga penggunaan air dan udara yang bersih.

“Intinya, petani melakukan kegiatan budidaya yang tidak merusak lingkungan, tetapi justru melestarikan lingkungan,” katanya.

Karena manfaat yang besar itulah, Neveauty mengajak semua pihak ikut membantu meningkatkan bisnis produk organik.

Apalagi, sebagian besar produsen organik adalah UMKM sehingga dari segi permodalan dan jaringan pemasaran masih sulit bersaing  dengan pemain-pemain besar yang menjual produk non organik secara massal.

Menurut Neveauty, Pasar Organik Produk Indonesia (POPI) merupakan komunitas yang dibentuk untuk membantu petani organik memasarkan produknya sekaligus memudahkan konsumen mencari produk-produk organik.

Dalam komunitas ini, Wakil Walikota Jakarta Selatan Irmansyah duduk sebagai Ketua Pembina POPI.

"Ide pembentukan POPI muncul karena konsumen tidak mudah memperoleh produk organik yang berkualitas dengan harga terjangkau. Selain itu, petani organik selama ini juga kesulitan akses untuk memasarkan hasil panennya," ujar Neveauty.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Spend Smart
Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Whats New
Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Whats New
Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Whats New
6 Instrumen Keuangan yang Cocok untuk Membangun Dana Darurat

6 Instrumen Keuangan yang Cocok untuk Membangun Dana Darurat

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com