Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jazak Yus Afriansyah
Trainer

Author, Coach, Trainer.
Master of Technology Management.

Ini 4 Cara Merawat Karyawan Berbakat

Kompas.com - 25/07/2016, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Saat ini memang tidak mudah untuk mendapatkan karyawan berbakat. Apalagi di tengah persaingan yang sangat ketat.

Sehingga wajar, kondisi ini sering disebut sebagai talent war atau perang untuk mendapatkan mereka yang masuk ke dalam kategori sebagai karyawan berbakat atau talent.

Bukan hanya itu saja tantangannya. Setelah mendapatkan karyawan yang berbakat, tantangan yang tidak kalah beratnya adalah bagaimana cara untuk mempertahankan sang talent ini agar tetap betah, tumbuh, berkembang dan berkontribusi terhadap kemajuan korporasi.

Jika dikaitkan dengan fenomena generation gap, maka situasianya menjadi semakin komplek. Ini karena sebagaimana diketahui bahwa generasi milenial memiliki preferensi dan tipikal karakter yang berbeda dengan generasi di atasnya, yang tentu umumnya ada pada posisi pemimpin mereka.

Fakta bahwa hampir 75 persen karyawan resign, termasuk karyawan berbakat, adalah meninggalkan atasan langsung mereka, dan bukan ingin meninggalkan perusahaan.

Maka, perkara ini harus menjadi perhatian serius bagi Anda yang sekarang mendapatkan amanah memimpin tim dan memiliki koleksi karyawan berbakat.

Lantas bagaimana cara untuk mengawal sang talent ini?

Berikut adalah 4 wasiat untuk merawat karyawan berbakat, agar mereka tetap melekat erat, pada dasarnya setelah para talent ini mendapatkan package dan benefit yang bersaing, itu bagi mereka adalah sesuatu yang wajar. Karena mereka menganggap itu sudah menjadi hak mereka.

Sayangnya banyak pemimpin dan pihak HRD merasa ge-er bahwa ini sudah lebih dari cukup, sehingga mereka abai akan kebutuhan lain yang ternyata lebih berperan untuk mengikat karyawan berbakat agar tidak mudah kabur.

Dan salah satu kebutuhan mereka adalah, penghargaan dan pengakuan terhadap kontribusi berupa ide-ide yang mereka berikan. Dengan kata lain, mereka membutuhkan saluran dan perlakuan khusus untuk menyalurkan ide-ide mereka.

Ternyata hal ini sangat sesuai dengan tipikal generasi milenial, yaitu mereka sangat cinta dan rindu untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan, bukan hanya sebagai objek atau pelaksana suatu keputusan.

Maka inilah 4 wasiat untuk mengikat ide-ide mereka:

Wasiat pertama, jelaskan mengapa Anda sebagai pemimpin dan atas nama tim sangat membutuhkan ide-ide dari mereka.

Semua ide sangat bernilai, sangat bermanfaat, sangat berguna, tidak ada ide yang bodoh

dan tidak ada ide yang gila. Semua ide sangat bertenaga, khususnya bagi anda selaku pemimpin untuk menjawab semua tantangan.

Bagi anggota tim yang menyampaikan ide, hal ini merupakan salah satu proses dari pengembangannya, dan bagi seluruh anggota tim ide sangat berguna sebagai bagian dari proses pembelajaran serta memperkaya khazanah pengetahuan semua anggota tim.

Ide yang disampaikan akan membantu menjelaskan perilaku serta kinerja yang diharapkan, yang diinginkan dan yang disepakati oleh seluruh anggota tim untuk mencapai tujuan atau target bisnis.

Ide yang disumbangkan akan bermanfaat memberikan informasi tambahan kepada semua anggota tim. Informasi tersebut berguna memperdalam pengetahuan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja.

Wasiat kedua, dalam menggali ide dari mereka, gunakan teknik bertanya untuk mendorong anggota tim yang berbakat itu menyampaikan ide-ide mereka yang brilian.

Ajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada mereka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang luas. Saya yakin, Anda semua sebagai seorang leader telah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang pertanyaan terbuka tersebut.

Hindari jika perlu jangan pernah menggunakan pertanyaan yang memberi arah atau saran (leading questions), yaitu sebuah pertanyaan yang sudah jelas atau sudah pasti jawabannya,semacam pertanyaan retorika, karena pertanyaan ini akan membingungkan sang karyawan, yaitu pemimpin terlihat bertanya namun hakikatnya memaksakan kehendak secara halus dan terselubung.

Wasiat ketiga, ingat selalu tunjukkan sikap menyimak dengan proaktif dan berikan dukungan yang tulus, jujur terukur serta wajar. Jangan menyela, jangan memotong pembicaraan (jika kondisi tidak memaksa), jangan melakukan pekerjaan lain sambil mendengar.

Jangan memberikan penilaian fokus kepada perilaku, jangan terburu-buru memberikan penilian teradap ide yang sedang disampaikan.

Hindari menambahkan ide atau pendapat Anda atau koreksi sebelum mereka selesai berbicara.

Kemudian buat parafrase, simpulan, dan ringkasan untuk mengkonfirmasi pemahaman kita terhadap ide yang disampaikan anggota tim anda.

Gunakan kata-kata pengakuan, dan kalimat penguatan, serta bahasa tubuh yang mendukung.

Adapun wasiat keempat, adalah berikan umpan balik atau feedback yang bersifat non-

verbal atau gunakan bahasa tubuh yang positif. Jaga kontak mata dan minat yang jelas dan tegas, namun jangan terlalu menyorot mata mereka. Hal ini tentu akan menakutkan mereka melanjutkan penyampaian idenya.

Hindari bahasa tubuh yang memadamkan atau mematikan atau melecehkan umpan balik seperti, membalikkan badan, mencoret-coret, bengong atau sambil mengerjakan pekerjaan lain.

Dengan 4 wasiat di atas, Anda memiliki peluang yang sangat besar untuk terus tumbuh bersama dengan para karyawan berbakat, dan disaat yang sama sebagai seorang pemimpin

Anda juga bertumbuh, karena mampu menelorkan banyak pemimpin bukan hanya pengikut!

Selamat Berbisnis dan Sukses Selalu untuk Anda!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com