Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FSPPB: Jangan Ada Campur Tangan Asing dalam Pembiayaan Kilang Pertamina

Kompas.com - 27/12/2016, 18:05 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) mengaku sangat mendukung program RDMP (Refinery Development Master Plan) PT Pertamina yang bertujuan untuk memenuhi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri yang seluruhnya berasal dari kilang minyak milik Pertamina sendiri.

"Kami sangat mendukung program RDMP, apalagi tujuannya untuk pemenuhan konsumsi BBM dalam negeri dari kilang milik sendiri," ujar Presiden FSPPB, Noviandri di kantor Pertamina, Selasa (27/12/2016).

Namun, pihaknya menyayangkan jika program RDMP Cilacap, Jawa Tengah tersebut harus dijalankan melalui sistem joint venture (JV) dengan Saudi Aramco.

"Kerugian kalau kita JV, kita punya SDA energi yang luar biasa, kalau di JV-kan kita akan share, artinya kita tidak bisa menguasai sepenuhnya, kita juga nantinya akan sharing laba," tutur Sekretaris Jenderal FSPPB, Arie Gumilar.

Menurut Arie, Pertamina memiliki kecukupan financial yang memadai untuk membiayai setiap pengelolaan maupun pembiayaan kilang yang ada di berbagai daerah. Sehingga tidak perlu dilakukan joint venture.

"Enggak ada gunanya kita JV, sama saja kita akan impor meskipun akan ada pembagian keuntungan. Adanya kilang JV nantinya akan mematikan kilang yang eksisting," tutur Arie.

Tim Kajian Strategis FSPPB, Fahrur Roezi menambahkan, jika JV dilakukan, kapasitas kilang yang awalnya menghasilkan 348.000 barel per hari hanya akan bertambah 20.000 barel saja. Sementara pembagian hasilnya adalah 45 persen untuk Aramco dan 55 Pertamina.

Fahrur menuturkan, jika berbicara terkait kemampuan finansial Pertamina, dirinya percaya bahwa Pertamina mampu untuk membiayainya sendiri tanpa menggunakan mekanisme joint venture.

"JV sekitar 5,3 milliar dollar nilai projectnya, kapasitas setelah JV hanya bertambah 20.000 kalau di JV-kan, sementara pembagian nantinya 45 (Aramco) 55 (Pertamina)," tutur Fahrur.

Maka dari itu, FSPPB secara tegas meminta pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas Pertamina untuk membatalkan joint venture tersebut.

Bahkan pihaknya secara tegas meminta Presiden Joko Widodo untuk memerintahkan secara langsung kepada Kementerian yang membawahi Pertamina untuk membatalkan upaya tersebut guna mewujudkan program Nawacita yang selama ini digagas Presiden.

"Ini tidak bertentangan dengan keinginan Presiden terkait investasi dari swasta, hanya saja Pertamina harus lebih kreatif dalam pendanaan kilang. Bisnis yang mempunyai margin besar tidak perlu lah dikerjasamakan, kecuali kilang yang marginnya tidak besar," pungkas Fahrur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com