Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semen Indonesia di Rembang Berproduksi Tanpa Penambangan

Kompas.com - 15/04/2017, 20:00 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Direktur Utama PT Semen Indonesia Rizkan Chandra menegaskan bahwa perseroan siap untuk melaksanakan operasional produksi semen tanpa kegiatan penambangan.

Operasi itu dilakukan guna menyesuaikan hasil rekomendasi dari Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

Salah satu rekomendasi yang diberikan kepada perseroan yaitu, diperbolehkannya beroperasi, namun tidak melakukan penambangan sendiri.

Operasional produksi diperbolehkan dengan mengambil bahan di luar area penambangan, dilakukan sampai adanya keputusan boleh tidaknya kegiatan penambangan.

“Kemarin pengumuman hasil kajian lingkungan hidup strategis begitu, bahwa semen Indonesia boleh beroperasi dengan tanpa mengambil bahan sendiri. Operasi dengan mengambil di luar tambang semen Indonesia, bukan di luar rembang. Sesuai hasil itu, kita diperbolehkan. Kalau saat ini masih belum,” kata Rizkan, Sabtu (15/4/2017).

Dalam siaran tertulisnya yang diterima Kompas.com, Rizkan mengatakan, Semen Indonesia menghormati hasil dari keputusan KLHS. Persoalan pabrik semen di Rembang saat ini tinggal menyisakan satu persoalan, yaitu lokasi tambang di cekungan air tanah Watuputih.

Semen Indonesia, kata dia, juga mendukung untuk adanya kajian lanjutan secara ilmiah untuk mengetahui batasan fisiografi antara Zona Kendeng, Zona Randublatung, dan Zona Rembang.

Sejauh ini, kata dia, lokasi tambang diisukan berada di zona Kendeng, melainkan di zona Rembang.

“Selama kami beroperasi, semen nanti yang dihasilkan tidak berbeda. Jadi, tidak ada dampak. Kami akan berproduksi, tapi di luar tambang sendiri,” tambahnya.

“Kami berpegang aturan berlaku di point sembilan KLHS dan itu bisa dibaca. Target operasi bisa beda, tapi hasil semennya sama. Iya, pabrik tetap jalan,” imbuhnya.

Sementara itu, ketua komisi IV DPR RI Edi Prabowo saat berkunjung di pabrik semen Rembang, Kamis (13/4/2017) lalu juga minta agar kajian lanjutan untuk CAT Watuputih bisa segera dilakukan. Pihaknya akan mengawal proses ini, dan minta agar proses itu tidak terlalu lama.

“Proses untuk pembuktian di beberapa titik memang tidak bisa seepatnya. Kami di komisi 4 DPR RI akan mengawal, tidak ada yang stop. Kalau (kajian) bisa dua bulan mengapa harus enam bulan. Dari aspek birokrasi, politik kami akan ada di belakangnya. Kami tidak akan mengulur-ulur waktu,” kata Edi.

Pabrik ini rencananya dengan lahan tambang sendiri akan melakukan produksi sebesar 3 juta ton pertahun. Dengan bahan yang tersedia di luar tambang, pabrik belum menentukan berapa jumlah operasional produksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com