Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Lagi Urusan Perut dan "Bawah Perut" Jadi Ganjalan Mudik Gratis

Kompas.com - 24/06/2017, 14:43 WIB
Josephus Primus

Penulis

"Awalnya kami prihatin karena banyak pedagang jamu yang kesulitan transportasi waktu mau pulang kampung Lebaran," tutur Direktur Marketing PT Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat sehari sebelum penyelenggaraan mudik gratis ke-28 pada Jumat (16/06/2017).

Mudik gratis, sejak penyelenggaraan kali pertama sejak 1990-an juga menjadi hal yang menangguk pujian kalangan pemerintah.

Mudik yang merupakan kata dalam bahasa Jawa sebagaimana catatan dari laman merahputih.com berasal dari gabungan dua kata. Dalam bahasa Jawa ngoko, mudik adalah singkatan dari "mulih dilik" yang artinya pulang sebentar saja. Namun seiring berjalannya waktu, mudik diartikan sebagai "mulih udik" atau pulang kampung.

Di masa 1990-an itu, transportasi untuk mudik belumlah memadai seperti di masa digital seperti kini. Keluhan selalu muncul karena begitu banyak pemudik tak terlayani dengan baik.

Alasannya bisa macam-macam. Harga tiket yang melambung tinggi, mutu moda transportasi yang jauh dari memuaskan hingga keselamatan dalam perjalanan lantaran gangguan pelaku kriminalitas.

Pemerintah juga terkesan kewalahan menangani masalah mudik. Makanya, dalam berbagai kesempatan sebagaimana termaktub pada laman dephub.go.id, pemerintah memberi dukungan bagi penyelenggaraan mudik gratis dari berbagai pihak. 

Mudik gratis, bagi pemerintah, adalah salah satu alat untuk mereduksi kecelakaan lalu-lintas di jalan raya. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam tulisan Kompas.com pada Selasa (30/05/2017) mengatakan hal itu.

"Kami harapkan dengan adanya mudik gratis, (pemudik) motor itu bisa berkurang jumlahnya," ujar Budi, di Istana Kepresidenan Bogor. (BacaDaripada Naik Motor, Pemudik Diimbau Ikut Mudik Gratis)

Seiring perjalanan waktu juga, mudik gratis juga menjadi usulan penting pihak kepolisian. Lagi-lagi, latar belakangnya adalah upaya menekan kecelakaan lalu-lintas di jalan raya. 

Tulisan pada Kompas.com pada Minggu (3/4/2016) menunjukkan hal tersebut. Seturut data dari Korps Polisi Lalu-Lintas (Korlantas), pada H-6 hingga H-4 Lebaran 2016, sebanyak 388 kecelakaan terjadi. Angka ini dibandingkan dengan H-6 hingga H-4 Lebaran tahun lalu, jumlahnya turun hingga 56 persen.

"Untuk gabungan (jumlah kecelakaan) sampai H-4 turun dari 606 kejadian jadi 338 kejadian," kata Kepala Bagian Operasional Korlantas Polri, Komisaris Besar Pol Benyamin. (Baca: Angka Kecelakaan Saat Mudik Tahun Ini Turun Dibanding Tahun Lalu)

Terkait dengan data-data tersebut, patut menjadi bahan pertimbangan adalah kenyamanan selama perjalanan bagi para pemudik. Kebutuhan akan bus berpendingin udara dengan toilet adalah hal sederhana yang harus menjadi syarat minimal mudik gratis di masa mendatang. 

Pertimbangan lainnya adalah koordinasi apik antara penyelenggara mudik gratis dengan penyelenggara rumah makan di sepanjang perjalanan mudik.

Contoh kerja sama bank dengan nasabahnya yang juga pemilik rumah makan adalah hal sederhana yang bisa dijalankan saat mudik tahun depan. Semoga, tak ada lagi yang tercecer dalam penyelenggaraan mudik di masa mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com