Lain Brian, lain juga pengalaman Mikael Jasin.
Barista yang menjadi wakil Indonesia untuk momen final kompetisi barista bertajuk Champions' Hub 2019 ini mengatakan bahwa barista sudah menjadi semacam gaya hidup saat ini.
Tak hanya itu, pekerjaan sebagai barista juga menjadi incaran kalangan anak zaman "now".
"Iya memang, ada banyak saya lihat lulusan SMK pariwisata yang menjajal berprofesi menjadi barista. Yang mahasiswa juga," kata Mikael.
Menurut pandangan Mikael, bagi kalangan usia belia, pekerjaan sebagai peracik minuman kopi boleh jadi punya tantangan tersendiri.
Baca juga: Milenial Jadi Penentu Indonesia dalam Kejar Ketertinggalan
Kendati begitu, Mikael yang menyandang sarjana strata satu psikologi dari Universitas Melbourne, Australia, pada 2012 itu menekankan,"Tetap harus kerja keras walau sudah menjadi barista."
Mikael lebih lanjut mengatakan bahwa dirinya tidak punya latar belakang sekolah formal meracik kopi.
"Saya di usia 18 tahun sudah kerja jadi barista," kata Mikael.
"Ya, saya niat mau jadi barista," katanya menambahkan.
Dari niat itulah, lanjut Mikael, dirinya belajar terus-menerus tentang kopi, meracik minuman kopi, dan beragam cita rasa kopi.
"Ya, sering-sering minum kopi. Merasakan rasa dari banyak jenis kopi," kata peraih gelar sarjana strata dua bidang marketing pada RMIT Australia pada 2016 itu.
Meski tidak menyebut angka saat menjawab pertanyaan tentang rerata gaji bulanan seorang barista, Mikael mengatakan akan pas rasanya bila penyandang pekerjaan sebagai barista meningkatkan karier.
"Masih di bidang kopi tapi jangan berhenti cuma jadi barista," katanya.
Mikael berkisah, sekolah formal di bidang marketing yang pernah dilakoninya justru diaplikasikan ke tingkat lebih tinggi.