Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurs Rupiah Tertekan Defisit Neraca Dagang dan Perang Dagang

Kompas.com - 17/05/2019, 18:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah dalam sepekan ini masih melemah meski dalam dua hari terakhir rupiah menguat tipis terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg di pasar spot, Jumat (17/5/2019), kurs rupiah menguat 0,01 persen ke Rp 14.450 per dollar AS. Dalam sepekan rupiah melemah 0,86 persen.

Sedangkan pada laman Bank Indonesia (BI), kurs tengah rupiah tercatat melemah 0,07 persen ke Rp 14.469 per dollar AS. Sementara, dalam sepekan rupiah tercatat melemah 0,85 persen.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, sentimen utama yang memengaruhi pelemahan rupiah sepekan ini adalah faktor global. Dollar AS pun menguat dibalik konflik perang dagang AS dan China yang semakin memanas setelah Donald Trump, Presiden Amerika Serikat mengkritisi adanya ancaman teknologi dan membatasi kegiatan perusahaan Huawei di AS.

Baca juga: BI: Kurs Rupiah Melemah 1,45 Persen Pada Mei 2019

Sementara, dari dalam negeri, Faisyal menilai langkah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga di 6 persen juga memicu aksi jual rupiah. 

"BI kurang memberi perhatian lebih pada kondisi rupiah yang melemah cukup signifikan dan pelaku pasar merasa kurang puas akan tindakan BI tersebut, karena tidak ada tindakan pencegahan pelemahan rupiah," kata Faisyal, Jumat.

Di pekan depan, Faisyal memproyeksikan rupiah masih akan melemah karena pelaku pasar masih mengantisipasi seperti apa hasil pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kini ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia.

Baca juga: Perang Dagang AS-China Kembali Panas, Rupiah Melemah Dekati Level Rp 14.500

Selain itu, perkembangan perang dagang AS dan China juga Faisyal proyeksikan masih berlanjut. Belum lagi ada gejolak memanasnya politik di Timur Tengah. 

"Pelaku pasar juga menantikan minute FOMC yang memberi arahan seperti apa kebijakan The Fed di tengah desakan Trump yang menginginkan suku bunga AS turun," kata Faisyal.

Faisyal memproyeksikan, rupiah bergerak melemah direntang Rp 14.100 per dollar AS hingga Rp 14.550 per dollar AS dalam sepekan ke depan.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menambahkan, pelemahan rupiah sepekan ini karena pengaruh data neraca perdagangan yang defisit 2,5 miliar dollar AS di periode April.

Baca juga: Tak Dapat Tenaga dari Sentimen Global dan Domestik, Rupiah Masih Akan Tertekan

Di ujung pekan ini, rupiah bergerak naik karena adanya kabar Trump akan menunda pemberlakuan impor otomotif hingga enam bulan ke depan pada produk Eropa.

David mengatakan, pengumuman hasil pemilu Indonesia dan data tenaga kerja AS akan menyetir arah pergerakan rupiah pekan depan. Dia memproyeksikan rupiah di pekan depan masih akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan flat di rentang Rp 14.400 per dollar AS hingga Rp 14.550 per dollar AS. (Danielisa Putriadita)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Rupiah tertekan defisit neraca dagang dan perang dagang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com