Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Ekonomi Global Hadapi Risiko Serius

Kompas.com - 24/06/2019, 15:22 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

PETALING JAYA, KOMPAS.com — Dana Moneter Internasional (IMF) melihat adanya risiko penurunan yang serius pada perekonomian global. Ini merupakan dampak perang dagang, akumulasi utang, dan kondisi pasar finansial yang tak menentu.

Dilansir dari The Star Online, Senin (24/6/2019), Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, peningkatan tarif yang diberlakukan AS dan China dapat menurunkan produk domestik bruto (PDB) global sebesar 0,5 persen atau sekitar 455 miliar dollar AS pada 2020.

Lagarde menyatakan, kondisi tersebut dapat secara signifikan mengikis aktivitas ekonomi global. Meskipun perekonomian global menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, risiko tetap ada.

Baca juga: IMF: Raksasa Teknologi Bisa Sebabkan Disrupsi Sistem Keuangan Dunia

Ke depan, kata dia, para pembuat kebijakan harus menyediakan semua instrumen kebijakan guna mempertahankan pertumbuhan.

"Aksi bersama sangat diperlukan, khususnya dalam perdagangan, perpajakan korporasi, reformasi regulasi finansial, perubahan iklim, dan pergeseran demografi," kata Lagarde di Kuala Lumpur, Malaysia.

Terkait peningkatan utang, Lagarde mengungkapkan bahwa beban utang menjadi permasalahan yang menyeruak secara global. Utang global, baik utang pemerintah maupun swasta, mencapai rekor tertinggi, yakni sekitar 184 triliun dollar AS atau setara 225 persen dari PDB pada 2017.

Menurut Lagarde, utang sektor swasta naik tiga kali lipat sejak 1950. Kondisi ini yang mendorong peningkatan utang global.

Baca juga: IMF: Ekonomi Global Lebih Melambat dari Yang Diperkirakan

Meski demikian, menurut dia, berlanjutnya kebijakan moneter yang akomodatif mendorong akumulasi utang di negara-negara maju. Sementara itu, negara-negara berkembang tetap rentan terhadap perubahan kondisi finansial yang terjadi secara tiba-tiba.

Lagarde menyebut, ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan. Pertama, kebijakan moneter harus berdasarkan data, sementara di banyak negara, kebijakan moneter harus tetap akomodatif lantaran inflasi yang masih rendah.

Kedua, kebijakan moneter harus menyeimbangkan antara melindungi perbaikan ekonomi, keberlangsungan utang, dan tujuan sosial.

"Dan ketiga, reformasi struktural harus meletakkan dasar untuk pertumuhan yang lebih kuat dan inklusif," tutur Lagarde.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com