Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang Memanas, Akankah Nasib Huawei Bertambah Buruk?

Kompas.com - 04/08/2019, 15:05 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gencatan senjata AS-China sejak pertemuan G20 di Jepang berakhir, perang dagang AS-China kembali memanas.

Presiden AS Donald Trump lagi-lagi berencana menampar tarif baru pada barang-barang China. Tarif yang dikenakan sekitar 10 persen atau senilai 300 miliar dollar AS yang berlaku secara efektif mulai 1 September mendatang.

Hal tersebut dapat mengancam penangguhan hukuman yang dijanjikan AS untuk perusahaan teknologi China, tentunya itu kabar buruk bagi Huawei yang sejak bulan Mei berada pada daftar hitam.

"Peningkatan ini meningkatkan risiko Trump mengingkari janjinya untuk menyelamatkan Huawei," kata para analis di Grup Eurasia dikutip CNN, Minggu (4/8/2019).

Namun, belum ada pihak yang mengetahui berapa lama lagi Huawei akan masuk ke daftar hitam. Pun dampak yang akan diterima Huawei akan lebih besar dibanding sebelum-sebelumnya atau justru sebaliknya.

Pasalnya untuk sementara ini, Trump tidak menyebut Huawei dalam cuitan di akun twitternya. Tapi, analis memperkirakan tarif akan naik kembali jika Trump mundur dari janjinya mengeluarkan lisensi untuk perusahaan AS yang memasok barangnya ke Huawei.

"Jika Trump mundur dari janji untuk mengeluarkan lisensi untuk pemasok Huawei AS, kemungkinan negosiasi mogok dan tarif yang dikenakan naik," ucap analis.

Huawei pun belum bersedia komentar mengenai tarif baru yang bakal dilayangkan Trump. Tapi perusahaan telah mengakui hal itu sangat merugikan bisnisnya. CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan penjualan ponsel pintar di luar China sudah anjlok 40 persen sejak tarif dilayangkan.

Ketua Huawei Liang Hua menambahkan, perusahaan memprediksi akan mengalami kesulitan di paruh ke dua tahun ini dan tahun depan.

"Perusahaan akan terus menghadapi kesulitan pada paruh kedua tahun ini dan tahun depan. Namun bisnis 5G kami adalah pemimpin global yang kuat saat ini. Tapi kampanye AS dapat memperlambat peluncuran 5G global kami," kata Liang Hua.

Untuk menekan imbas tarif Trump, Liang mengatakan perusahan telah memulihkan beberapa penjualan luar negeri yang hilang setelah larangan AS berlaku.

"Tetapi jika Trump tidak melonggarkan pembatasan pada perusahaan China, itu dapat menyalakan kembali kekhawatiran konsumen tentang membeli smartphone Huawei dan menciptakan ketidakpastian bagi operator seluler yang menjual perangkat," ujar Liang.

Larangan tersebut yang telah mencegah perusahaan seperti Google memasok sistem operasi Android dan aplikasi populer seperti Gmail dan Google Maps di ponsel keluaran terbaru Huawei.

Tak hanya Huawei, larangan Donald Trump sebetulnya juga berdampak pada perusahaan bisnis Amerika. Awal pekan ini, perusahaan chip asal AS seperti Qualcomm dan AMD (AMD) mencatatkan laba penjualan anjlok di kuartal terakhir, tak lain karena mereka tidak bisa menjual chip lagi ke Huawei.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com