Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Perang Dagang, Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Kian Berat

Kompas.com - 05/08/2019, 14:46 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen pada kuartal-II 2019. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,27 persen.

Pertumbuhan ekonomi di kuartal-II 2019 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan kuartal-I 2019 yang sebesar 5,07 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tantangan perekonomian Indonesia ke depan tak akan gampang.

Pasalnya, tak hanya Indonesia saja yang tercatat mengalami perlambatan kinerja perekonomian, beberapa negara lain yang telah merilis data pertumbuhan ekonomi pun mengalami hal yang sama.

"Tantangan ke depan tidak gampang. Kalau dilihat pertumbuhan ekonomi negara-negara lain yang sudah rilis, itu menunjukkan perlambatan. Pekan depan banyak sekali negara yang akan rilis dan prediksinya juga mengalami perlambatan," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (5/8/2019).

Dia merinci, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti China yang merupakan negara tujuan ekspor utama mencatat perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 6,7 persen di kuartal II-2019 menjadi 6,2 persen di kuartal II-2018.

Baca: Apa Kabar Perundingan Perang Dagang AS dan China?

Adapun untuk Amerika Serikat mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 3,2 persen di kuartal-II 2018 jadi 2,3 persen di kuartal II-2019.

"Demikian juga dengan Singapura yang turun tajam dari 4,2 persen di kuartal-II 2019 menjadi hanya 0,1 persen di kuartal II-2019," ujar Suhariyanto.

Perang dagang yang tadinya diprediksi bakal mereda menambah tekanan terhadap perekonomian Indonesia lantaran ungkapan-ungkapan Presiden Amerika Serikat yang mengindikasikan bakal kembali menerapkan tarif impor kepada China.

Padahal di sisi lain, Suhariyanto juga mengatakan, Indonesia masih harus menghadapi tantangan fundamental dalam negeri yang berkaitan dengan stabilitas politik, keamanan, kepastian hukum, dan pemangkasan beberapa birokrasi yang tidak perlu untuk kepentingan pertumbuhan investasi.

"Perang dagang yang kemarin sempat mereka kemudian ada statement dari Presiden Amerika Serikat yang diluar dugaan dan nggak bisa di prediksi," ujar dia.

"Dan tentunya di dalam negeri ada banyak tantangan seperti menjaga investasi dengan kestabilan politik dan keamanan, kestabilan hukum, memangkas birokrasi yang tidak perlu dan hilirisasi.

Adapun berdasarkan hasil evaluasi perekonomian Indonesia oleh IMF, lembaga moneter tersebut menyatakan outlook yang positif untuk perekonomian Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi diproyeksi di level 5,2 persen untuk 2019 dan 2020.

Dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi memiliki potensi terus meningkat ke 5,3 persen dengan masih ditopang oleh permintaan domestik.

Di sisi lain, risiko penurunan kinerja ekonomi (downside risk) masih tetap ada. Risiko utama yang mesti diwaspadai Indonesia meliputi tensi perang dagang, kondisi pengetatan finansial global secara tajam, pertumbuhan ekonomi China yang lebih lambat dari perkiraan, serta fluktuasi harga komoditas, terutama harga minyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com