Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Dagang, AS Kembali Kenakan Tarif Baru untuk Produk Asal China

Kompas.com - 02/09/2019, 08:09 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat resmi memberlakukan tarif atau bea masuk kepada produk China senilai 112 miliar dollar AS, yang terdiri atas sepatu, peralatan rumah tangga, hingga makanan.

Tarif baru tersebut menjadi pertanda kian meningkatnya ketegagan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, dan diprediksi bakal membuat rumah tangga AS rugi hingga 800 dollar AS dalam setahun.

Dikutip dari BBC Senin (2/9/2019), langkah tersebut merupakan tahap pertama dari rencana baru Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan bea sebesar 15 persen untuk 300 miliar dollar AS produk impor asal China di akhir tahun.

Baca juga: Sri Mulyani: Ada Spekulasi Perang Dagang Berubah Jadi Perang Mata Uang

Sebagai tanggapan, pemerintah China bakal memberlakukan tarif untuk minyak mentah AS untuk pertama kalinya.

Jika tarif Trump tersebut berlaku secara penuh, artinya hampir seluruh impor China ke AS yang bernilai sekitar 550 miliar dollar AS bakal dikenai hukuman tarif.

Perselisihan yang awalnya hanya mengenai praktik perdagangan yang tak adil oleh China kini kian merembet menjadi perebutan kekuasaan geopolitik.

Sejauh ini, Washington telah memberlakukan tarif untuk 250 miliar dollar AS produk China. Langkah tersebut dilakukan untuk menekan China agar mengubah kebijakan mereka mengenai kekayaan intelektual, subsidi industrim akses pasar dan trasnfer teknologi secara paksa ke perusahaan-perusahaan China.

Pihak China pun secara konsisten membantah terlibat dalam praktik perdagangan yang tidak adil, sekaligus telah membalas memberikan tarif untuk 110 miliar dollar AS produk impor asal AS.

Baca juga: Efek Perang Dagang Terhadap Investasi Reksa Dana

Berbagai konsumen AS yang bakal menanggung beban tarif baru, berbeda dengan tarif sebelumnya yang justru menekan sektor manufaktur.

Pasalnya, tarif yang berlaku saat ini ditujuan pada berbagai produk rurmah tangga mulai dari popok, mesin pencuci piring, sepatu, pakaian, hingga makanan. Daftar produk yang dikenai tarif tersebut mencapai 122 halaman.

Peritel mengatakan mereka tidak punya banyak pilihan selain membebankan biaya kepada pembeli.

Putaran tarif berikutnya untuk lebih banyak pakaian dan barang-barang besar seperti laptop dan iPhone akan jatuh tempo pada bulan Desember. Donald Trump mengatakan hal tersebut akan membantu melindungi pengeluaran selama musim Natal.

Pada akhir tahun, tarif bakal berlaku untuk hampir semua barang senilai 550 miliar dollar AS yang dibeli AS setiap tahun dari China.

Baca juga: Perang Dagang, Ekonomi Singapura Dikhawatirkan Bakal Alami Resesi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com