JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengingatkan akan besarnya kontribusi sektor energi dalam mengatasi perubahan iklim global.
Kementerian ESDM pun menyikapinya dengan mengimplementasikan berbagai kebijakan srategis, terutama di subsektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Salah satu penyebab global warming yang paling besar itu diakibatkan oleh (sektor) energi, terutama kelistrikan," ujar Jonan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (17/9/2019).
Jonan bercerita, Sepuluh tahun lalu saat dirinya masih bertugas di Kereta Api, udara di Bandung masih sejuk. Namun saat ini kondisinya sudah berubah.
“Pengaruhnya banyak sekali, pastinya ekosistem berubah," kata Jonan.
Jonan mengatakan, berdasarkan kesepakatan di PBB, semua negara berusaha mencegah peningkatan suhu global secara rata-rata 1- 1,5 derajat celcius sampai tahun 2030. Untuk itu, Pemerintah akan memegang komitmen penuh atas Kesepakatan Paris tahun 2015 tersebut.
“Oleh karena itu, tahun depan untuk kendaraan bermesin diesel kita terapkan B30," ucap dia.
Jonan mengakui sampai ini, porsi bauran energi nasional masih masih didominasi oleh energi yang berasal dari Batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi kontributor terbesar penghasil listrik dengan porsi lebih dari 50 persen.
Untuk menekan dominasi sumber energi tersebut, Pemerintah akan menggenjot pembangunan pembangkit listrik yang meminimalisir adanya emisi gas rumah kaca.
“Orang sekarang mulai protes, pembangunan kok banyak menggunakan tenaga uap dari batubara. Makanya, saya mengatakan akan banyak membangun (pembangkit) bersih dan ramah lingkungan, seperti PLT Bayu, PLT Air dan yang paling mudah adalah PLTS Atap," ungkapnya.
Jonan optimis PLTS Atap akan lebih mencapai harga yang efisien dan mudah dijangkau pada masa mendatang.
"Sekarang investasinya memang masih relatif mahal kira-kira Rp 15 juta. Tapi kalau ini bisa ekspor impor (listrik antara pemilik rumah dengan PLN) biaya investasi solar rooftop jadi lebih terjangkau. Mudah-mudahan kita membantu mengurangi tingkat emisi dan pemanasan global," kata mantan Menteri Perhubungan itu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.