Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Bea Cukai Seret, Ada Apa?

Kompas.com - 04/11/2019, 20:42 WIB
Mutia Fauzia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerimaan negara dari bea dan cukai masih seret. Hingga 31 Oktober 2019 saja, penerimaan yang masuk baru Rp 158,7 triliun. Padahal target di APBN 2019 mencapai Rp 208,8 triliun.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mengakui, beberapa pos-pos penerimaan seperti bea masuk dan bea keluar pertumbuhannya mengalami penurunan. Turunnya volume perdagangan akibat perang dagang jadi kambing hitam.

"Memang yang mengalami penurunan itu bea masuk dan bea keluar. Terutama bea keluar karena ada kondisi yang trade war itu yah," ujar dia ketika ditemui usai melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (4/11/2019).

Baca juga: Ditanya soal Penerimaan Pajak, Anak Buah Sri Mulyani Lesu

Berdasarkan data yang dia paparkan, per 31 Oktober realisasi bea masuk tercatat Rp 30,3 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari realisasi di periode yang sama tahun lalu di mana penerimaan bea masuk mencapai Rp 32,27 triiun. Adapun target penerimaan bea masuk di dalam APBN 2019 tercatat sebesar Rp 38,8 triliun.

Adapun untuk bea keluar, pemerintah hanya berhasil menyerap Rp 2,89 triliun, sementara target yang tercantum dalam APBN 2019 mencapai Rp 4,4 triliun. Angka penerimaan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di mana penerimaan negara dari bea masuk mencapai Rp 5,69 triliun.

Selain itu Heru juga memaparkan, penerimaan negara dari cukai tercatat mencapai Rp 125,5 triliun hingga 31 Oktober 2019. Adapun target yang tercantum dalam APBN 2019 tecatat sebesar Rp 165,5 triliun.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan, lemahnya kinerja perdagangan internasional tercermin di dalam perlambatan kinerja bea masuk dan keluar di beberapa sektor lapangan usaha utama.

Baca juga: Realisasi Penerimaan Bea Cukai Baru 41,9 Persen

Untuk bea keluar, terhitung per September 2019, penerimaan dari sektor pertambangan terkoreksi 48,18 persen. 

Adapun untuk bea masuk, tercatat dari sektor perdagagan terkoreksi 8,4 persen, industri pengolahan 7,3 persen dan konstruksi 3,2 persen.

"Kinerja cukai pun berpengaruh, banyak palangan kerja yang mengalami kontraksi, industri pengolahan pun tumbuh negatif," ujar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank DUnia itu memaparkan, IMF tahun ini telah mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,7 persen. Adapun tahun ini, ekonomi dunia diproyeksi hanya tumbuh 3 persen. Adapun volume perdagangan dunia hingga akhir tahun hanya akan tumbuh 1,1 persen. Angka tersebut, menurut Sri Mulyani adalah yang terendah sejak krisis 10 tahun yang lalu.

Baca juga: Jika Perang Dagang Memburuk, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Bisa di Bawah 3 Persen

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com