Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pasar Tunggu Gebrakan Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin

Kompas.com - 21/11/2019, 16:31 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah sebulan berlalu sejak terbentuknya susunan kabinet Indonesia Maju.

Meskipun pasar merespon hasil pengumuman dengan cukup positif, namun hal ini belum bisa dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan konkret jangka panjang.

Pelaku pasar masih terus memperhatikan dan menantikan gebrakan yang diharapkan mampu menstabilkan ekonomi serta sentimen investor,” ujar Bharat Joshi, Asian Equities Investment Director, Aberdeen Standard Investments Indonesia dalam keterangannya, Kamis (21/11/2019).

Dalam menghadapi resesi ekonomi, Presiden Joko Widodo telah menerapkan langkah pertamanya dengan pembentukan tim ekonomi saat ini dalam Kabinet Indonesia Maju.

Keputusan tersebut cukup menuai beragam komentar, sebab beberapa menteri terpilih dianggap kurang memiliki rekam jejak yang sesuai.

Baca juga: Sebulan Bekerja, Ini Kesan Sri Mulyani terhadap Kabinet Indonesia Maju

“Ada sosok-sosok yang saat ini duduk di kabinet yang memberikan keyakinan kepada investor jangka panjang (termasuk kami) bahwa disiplin fiskal akan dipertahankan dan pemerintah akan terus mendorong reformasi fiskal yang lebih dalam. Sikap keras terhadap korupsi dan penggelapan pajak juga membangun kredibilitas dimata investor,” jelas Joshi.

Ia mengatakan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga diharapkan akan mampu meningkatkan disiplin keuangan dan pengawasan tata kelola di seluruh perusahaan BUMN.

Adapun konsumsi masyarakat masih menjadi sumber pertumbuhan di era Presiden Jokowi. Penurunan suku bunga acuan menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional saat ini.

“Bank Sentral (BI) telah memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini, yang mana hal ini seharusnya menguntungkan bank-bank dengan basis pendanaan dan neraca likuiditas yang cukup besar," terang dia.

Baca juga: Kabinet Dipercaya Pasar, Capital Inflow Per Oktober Rp 217,04 Triliun

Pihaknya juga melihat peluang di sektor properti, dimana valuasi terlihat menarik karena harga saham tetap baik di tengah banyaknya berita negatif. Meskipun sektor semen lemah, permintaan semen per kapita masih tetap terendah di ASEAN dan konsolidasi akan menguntungkan industri.

"Kami juga tetap positif dengan bidang kesehatan. Penetrasi sektor ini relatif rendah di Indonesia, dan ini adalah salah satu dari banyak sektor yang mendapatkan perhatian Presiden Jokowi dalam masa jabatan keduanya," ujar Joshi.

Sementara itu, investasi asing di Indonesia mulai meningkat pasca terpilih kembalinya Presiden Jokowi.

Kondisi ini diprediksi akan terus berlanjut mengingat biaya produksi negara ini masih rendah, sektor infrastruktur masih terus meningkat, dan angka permintaan masih kuat.

“Satu hal yang pasti, kondisi suku bunga rendah akan cukup bertahan dan harapannya ini akan meringankan tekanan pada ‘dompet konsumen’ dalam hal pengeluaran saat kita memasuki tahun 2020,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Whats New
IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com