Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariono mengatakan, pihaknya mempersilahkan jika PTFI ingin mengajukan penambahan kuota ekspor konsentrat tembaga. Bambang bilang, rencana penambahan kuota itu dimungkikan selama sesuai dengan kapasitas smelter terpasang atau yang tengah dalam proses pembangunan.
Bambang pun menyampaikan, hingga saat ini pihaknya masih belum menerima permohonan tambahan kuota dari PTFI. "Belum, yang penting sesuai kapasitas smelter, kalau tidak sesuai kapasitas terpasang ya nggak bisa," ujar Bambang.
Adapun, PTFI telah mengantongi perpanjangan izin ekspor sejak 8 Maret 2019. Izin yang berlaku selama satu tahun ke depan tersebut memiliki kuota sebesar 198.282 wet metric ton (wmt). Jumlah itu anjlok drastis. Padahal, dalam empat tahun terakhir, kuota ekspor konsentrat tembaga PTFI selalu ada di atas 1 juta WMT. Dalam satu periode terakhir (15 Februari 2018-15 Februari 2019) misalnya, jumlah kuota ekspor PTFI mencapai 1,25 juta WMT.
Baca juga: Produksi Emas Freeport Merosot 72,77 Persen di Kuartal I 2019, Ini Sebabnya
6. Habis Sejak 15 Februari, Pemerintah Kembali Beri Izin Ekspor Freeport
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali memberikan Surat Persetujuan Ekspor (SPE) untuk PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Rekomendasi ekspor tersebut diterbitkan hari ini dan berlaku selama satu tahun ke depan.
"Sudah terbit, per hari ini, untuk setahun," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, Jumat (8/3/2019).
Sementara Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saifulhak menyebutkan, rekomendasi ekspor konsentrat tembaga yang diberikan untuk PTFI adalah sebesar 198.282 wet metric ton. Sementara Amman Mineral sebesar 336.100 wet metric ton (wmt).
Yunus mengatakan, rekomendasi ekspor yang diberikan pihaknya itu sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang diajukan oleh perusahaan. Untuk PTFI misalnya, Yunus mengatakan bahwa pada tahun ini, produksi konsentrat PTFI sekitar 1,3 juta wmt. "Sekitar 1,1 juta ton untuk kebutuhan smelter di PT Smelting Gresik, sisanya sekitar 200.000 itu untuk ekspor," katanya.
Kendati demikian, Yunus mengatakan bahwa rekomendasi ekspor dalam setahun ini bisa saja mengalami perubahan. Itu terjadi bila ada perubahan rencana kerja, juga ada peningkatan produksi. "Kecuali ada perubahan yang lain, dia mengubah rencana kerjanya, atau produksinya meningkat," tutur Yunus.
Sebagai informasi, rekomendasi ekspor konsentrat PTFI telah habis sejak 15 Februari 2019. Sementara SPE Amman Mineral berakhir pada 21 Februari 2019. Dalam hal ini, Yunus menekankan bahwa pihaknya tidak pernah menghambat terbitnya rekomendasi ekspor ini. Sebab, pihaknya harus terlebih dulu menunggu kelengkapan dokumen yang diperlukan, termasuk verifikasi dari konsultan independen terkait dengan progres pembangunan smelter.
Apalagi, sambung Yunus, proses saat ini telah memakai sistem online, sehingga proses perizinan tidak akan berlangsung lama. "Kenapa kok terkesan lama? itu karena verifikasinya (progres smelter) baru diterima kemarin Rabu (6/3/2019). Perizinan di tempat kami sudah online, jadi tidak lama," ujarnya.
Baca juga: Habis Sejak 15 Februari, Pemerintah Kembali Beri Izin Ekspor Freeport
7. Freeport Bantah akan PHK Karyawan
Manajemen PT Freeport Indonesia membantah rumor yang menyebutkan dalam waktu dekat akan memangkas sebagian besar karyawannya seiring dengan akan berakhirnya operasi tambang terbuka Grasberg Tembagapura. "Tidak ada rencana itu, tidak ada rencana mengurangi jumlah karyawan," kata Juru Bicara PT Freeport Indonesia Riza Pratama di Timika, Papua, Kamis (21/2/2019).
Riza mengakui tambang terbuka Grasberg yang mulai beroperasi pada dekade 1990-an kini memasuki masa-masa akhir operasinya. Ke depan sebut dia, Freeport berkonsentrasi penuh dalam pengembangan tambang bawah tanah (underground mining).
Sehubungan dengan kondisi itu, Riza mengatakan selama dua tahun hingga 2020 produksi konsentrat yang dihasilkan tambang bawah tanah Freeport belum bisa maksimal sebagaimana produksi tambang terbuka Grasberg selama ini.
"Dalam dua tahun ke depan memang ada transisi di mana tambang bawah tanah itu belum maksimal mencapai produksinya. Setelah itu kita harapkan produksinya akan naik terus. Makanya dalam dua tahun ini kami mengutamakan untuk pengiriman konsentrat ke pabrik smelter di Gresik," ujar Riza.
Menurut dia, dengan akan berakhirnya operasional tambang terbuka Grasberg maka produksi Freeport tahun ini hingga 2020 diprediksi akan turun drastis. Hal itu, katanya, juga akan berdampak kepada pendapatan yang diterima PT Freeport, sehingga juga akan berimbas kepada jumlah kucuran dana kemitraan untuk menunjang program pengembangan masyarakat lokal di sekitar area tambang di Kabupaten Mimika.
"Tentu akan berdampak kepada gross revenue kita. Dana satu persen (dana kemitraan) itu juga besarannya juga bergantung pada pendapatan PT Freeport. Kami berharap proses transisi ini paling lambat dalam waktu tiga tahun ke depan sudah bisa berkembang lagi produksinya. Kalau produksi semakin meningkat maka sudah tentu akan lebih baik lagi kucuran dana kemitraan kepada masyarakat," ucapnya.
PT Freeport kini merencanakan akan mengoperasikan kereta tambang bawah tanah untuk menunjang operasi tambang masa depannya. Hingga kini, PT Freeport masih menunggu persetujuan dari Pemprov Papua untuk segera mengoperasikan kereta tambang bawah tanah tersebut.
Selain itu, Freeport juga diberikan waktu selama lima tahun oleh pemerintah untuk menyelesaikan pembangunan pabrik smelter di Gresik, Jawa Timur, yang nantinya berkapasitas dua juta dry metric ton (dmt) konsentrat Cu per tahun dan kapasitas "output" 460.000 katoda tembaga.
Direktur Utama Freeport Indonesia, Tony Wenas mengatakan, perusahaannya telah menyiapkan investasi sekitar 2,6 miliar dolar AS atau Rp36,4 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 14.000 per dollar AS, untuk menyelesaikan pembangunan pabrik pengolahan hasil tambang itu.
Baca juga: Para Pekerja Freeport Shalat Tarawih di Masjid Terdalam di Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.