Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Kebijakan Ini Bantu Angka Kemiskinan RI Turun, Apa Saja?

Kompas.com - 15/01/2020, 18:28 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan penurunan angka kemiskinan RI menjadi 9,22 persen pada September 2019, menurun sebesar 0,19 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut penurunan angka kemiskinan setara dengan 358.000 orang. Sehingga saat ini, RI masih memiliki angka kemiskinan sekitar 24,79 juta orang.

Meski turun tipis, Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kiryanto mengatakan, penurunan angka kemiskinan menandakan kebijakan pemerintah sudah sesuai jalur.

"Saya bersyukur kemiskinannya kecil. Berarti distribusi kekayaan sukses, berarti kebijakan pemerintah on the track. Tinggal lanjutkan," kata Ryan di Jakarta, Rabu (15/1/2020).

Baca juga: Turun Tipis, Jumlah Orang Miskin di Indonesia Capai 24,79 Juta

Kebijakan pemerintah yang dimaksud adalah program bantuan sosial (bansos) yang disalurkan kepada masyarakat. Bahkan pada 2020, pemerintah berencana menyalurkan bansos pada kuartal I 2020.

Kiryanto bilang, bansos menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi RI terjaga di kisaran 5 persen. Mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi masyarakat yang menyumbang 56 persen sampai 57 persen.

"Harus kita akui bansos menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi kita tetap strong. Kalau enggak ada, mungkin cuma 4,9 persen sekian," ungkap dia.

Tak hanya bansos, kata Kiryanto, kehadiran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 6 persen juga mampu menstimulasi kegiatan bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Kalau UKM bergerak, itu dia akan menciptakan multiplier effect. Orang yang tadinya tidak bekerja jadi pekerja. Yang tadinya miskin jadi enggak miskin. Nah ini yang membuat kemiskinan rate-nya menjadi turun," terang Kiryanto.

Baca juga: BPS: Rokok Penyumbang Terbesar Kedua pada Garis Kemiskinan

Kiryanto bilang, saat ini target APBN bukan lagi hanya berbicara angka makro. Lebih lanjut, pemerintah justru berusaha mencerminkan kekuatan angka makro kepada beberapa indeks.

Indeks tersebut antara lain, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks rasio gini, angka kemiskinan, dan angka pengangguran.

"Keberhasilan angka makro harus tercermin dengan angka-angka itu. Nah yang dilakukan Presiden Jokowi sudah betul, tidak lagi Jawa sentris tapi Indonesia sentris sehingga kekayaam ekonominya menyebar," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com