Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level Terendah dalam 18 Tahun

Kompas.com - 30/03/2020, 16:55 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber BBC

LONDON, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia merosot ke level terendah sejak 2002 seiring dengan kian rendahnya permintaah akibat pandemik virus corona.

Dikutip dari BBC, Senin (30/3/2020), harga minyak mentah acuan Brent pada perdagangan Senin (30/3/2020) sempat menyentuh 23,03 dollar AS per barrel.

Angka tersebut merupakan yang terendah sejak 2003. Sementara harga minyak mentah acuan Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) jatuh di bawah 20 dollar AS per barrel, membukukan rekor terendah dalam 18 tahun terakhir.

Baca juga: Turun Lagi, Harga Minyak Dunia di Bawah 20 Dollar AS

Harga minyak mentah telah terkoreksi lebih dari setengahnya dalam satu bulan terakhir lantaran banyak perusahaan yang memangkas atau bahkan menghentikan produksinya.

Selain karena permintaan minyak mentah yang terus merosot, perang harga yang terjadi antara Arab Saudi dan Rusia turut menjadi penyebab lain dari harga yang terus terkoreksi.

Perang harga tersebut terjadi ketika Arab Saudi gagal melakukan negosiasi dengan Rusia untuk memangkas produksi. Padahal, keputusan tersebut telah disetujui oleh anggota OPEC lain.

Keputusan pemangkasan produksi tersebut muncul akibat hampir seluruh kilang di dunia memproses lebih sedikit minyak mentah, akibat rantai logistik dunia yang telah terdampak oleh virus corona (covid-19).

Baca juga: Permintaan Merosot, Harga Minyak Dunia Anjlok 7,7 Persen

Banyak maskapai yang harus mengurangi jumlah penerbangan, begitu pula jalur transportasi darat yang terbatas lantaran negara-negara di dunia mulai menutup akses sebagai bagian dari upaya mereka melawan virus corona.

Namun demikian, analis Morgan Stanley Devin McDemott menilai kolapsnya permintaan akibat virus corona menjadi faktor utama yang memengaruhi harga minyak dunia saat inni.

"Harga minyak gagal mengimbangi, dengan langkah-langkah lockdown(karena virus corona) yang berkembang dan laporan bahwa ini dapat mendorong permintaan global turun 20 persen, berpotensi mendorong dunia untuk kehabisan kapasitas penyimpanan," kata dia.

Produsen minyak serpih di AS telah sangat terpukul oleh penurunan harga sejak awal Maret.

Adapun saat ini, muncul banyak seruan bagi Amerika Serikat untuk menangguhkan biaya pembayaran royalti dari para pengebor.

Baca juga: Senat Setujui Paket Stimulus Trump, Harga Minyak Merangkak Naik

Selain itu, AS juga diminta membeli lebih banyak minyak mengisi cadangan minyak strategis atau meminta negara-negara seperti Texas membatasi produksi.

"Sejak 1930-an, negara memiliki wewenang untuk membatasi produksi minyak dan gas untuk mendukung harga minyak," kata McDermott.

"Meskipun praktik ini tidak banyak digunakan saat ini, baik regulator federal dan negara bagian masih memiliki kemampuan untuk menempatkan batasan pada tingkat produksi," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com