Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Giliran Petani Lampung yang Panen Raya di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 05/05/2020, 20:44 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gubernur Provinsi Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, saat ini petani Lampung sedang melaksanakan panen raya.

“Kami bertekad mewujudkan petani Lampung terus berjaya, meski dalam kondisi pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19),” kata Arinal, Selasa (5/5/2020), dalam keterangan tertulis.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Kusnadi mengatakan, hal itu terjadi karena petani Lampung tetap semangat memanen padi.

“Sebelumnya, petani sempat mengeluhkan keterbatasan alat mesin panen dan berkurangnya pembeli gabah atau beras dari luar Provinsi Lampung. Namun, saat ini kendala tersebut sudah teratasi,” kata dia.

Baca juga: BPS: Harga Beras Pada April Menurun, Distribusi ke Depan Perlu Dijaga

Arinal melanjutkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung akan terus berupaya mengamankan ketahanan pangan nasional dengan menyinergikan seluruh lintas kepentingan dan mendukung kegiatan usaha petani secara berkelanjutan.

“Tentunya, ini akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan keluarganya,” sambung dia.

Kusnadi memaparkan, produksi padi di Lampung pada Mei 2020 diperkirakan mencapai 516.949 ton Gabah Kering Giling (GKG). Sedangkan kebutuhan berasnya sebanyak 64.840 ton.

Sementara itu, panen padi di Lampung pada Mei-Juni 2020 diperkiraan seluas 163.888 hektar (ha) dengan provitas rata-rata 5,1 ton per ha dan produksi mencapai 837.467 ton GKG.

Baca juga: Kementan Perkirakan Produksi Beras Indonesia Surplus 6,4 Juta Ton

“Hampir 68 persen produksi panen kontribusi Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tulangbawang, dan Mesuji,” kata Kusnadi.

Hingga saat ini, imbuh dia, distribusi gabah atau beras untuk wilayahLampung relatif lancar. Namun, distribusi di luar Lampung, khususnya Sumatera dan Jawa sempat terkendala Covid-19.

“Tetapi sudah kami atasi dengan melakukan mobilisasi alat mesin panen dan menyosialisasikan Gerakan Petani Mandiri Panen dan Simpan Gabah,” ujar Kusnadi.

Hal tersebut sesuai instruktur Presiden Joko Widodo, yaitu daerah yang mengalami surplus menutupi defisit pangan yang terjadi di daerah lain.

Surplus beras nasional 6,4 juta ton

Di sisi lain, Data Badan Pusat Statistika (BPS) menunjukkan bahwa neraca beras nasional hingga Juni surplus 6,4 juta ton. Surplus itu didapat dengan memperhitungkan stok tersedia pada akhir Maret sebesar 3,45 juta ton.

Baca juga: BPS Jelaskan soal Stok Beras

Kemudian, produksi panen Mei-April-Juni adalah 10,56 juta ton dan kebutuhan konsumsi beras nasional 7,61 juta ton.

Data luas panen Kerangka Sampling Area (KSA) BPS juga mencatat, 18 provinsi sentra padi menghasilkan panen seluas 3,8 juta ha.

Rinciannya, panen April seluas 1,73 juta ha, Mei seluas 1,38 juta ha, dan bulan Juni 700.000 ha.

Data tersebut sejalan dengan laporan Food and Agriculture Organization (FAO) yang menilai Indonesia tidak berisiko kekurangan pangan selama April-Juni 2020.

Baca juga: Jaga Ketahanan Pangan, Kementan Alihkan Komoditas dari Daerah Surplus ke Defisit

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi pun mengatakan, Kementan bersinergi dengan semua pihak untuk mengalokasikan stok beras nasional ke daerah yang defisit pangan.

“Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yaitu Kementan harus terus meningkatkan pasokan, mengamankan stok, dan memperlancar distribusi,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com