JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data terkini Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I 2020, pertumbuhan konsumsi masyarakat tertekan menjadi hanya 2,84 persen (year on year/yoy).
Angka tersebut jauh melambat jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,02 persen (yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengatakan, pertumbuhan konsumsi bakal kembali tertekan di kuartal II tahun ini. Sebab, pemerintah memperluas pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tak hanya di Jabodetabek, namun juga wilayah lain di Indonesia.
Baca juga: Konsumsi Listrik Turun, PLN Pastikan Tidak Tunda Pembayaran Utang
"Kuartal II kita harus antisipasi lagi jatuhnya, karena kan PSBB-nya sudah meluas, yang kemarin itu masih di Jabodetabek itu langsung turun 2,84 persen, itu jauh dari perkiraan awal," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5/2020).
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 58,14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) selama kuartal I 2020.
Sri Mulyani mengilustrasikan, jika melihat data tahun lalu, nilai konsumsi rumah tangga RI mencapai Rp 9.000 triliun, dengan Pulau Jawa menyumbang sebesar 55 persen.
Padahal, Jawa merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak Covid-19. Artinya, nilai konsumsi yang sebagian besar dikontribusikan oleh Jawa tidak akan bisa mencapai realisasi yang sama seperti tahun lalu.
"Orang kalau di rumah cuma makan saja, tidak keluar transport. Kalau tahun lalu kan konsumsi itu Rp 9.000 triliun lebih, Pulau Jawa 55 persen, lebih dari Rp 5.000 triliun. Sekarang kalau Rp 5.000 triliun di rumah, ya tidak akan sampai, makanya presiden bilang fokusnya ke situ," jelas dia.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, merosotnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Peningkatan konsumsi kesehatan, pendidikan, perumahan, serta perlengkapan rumah tangga, ternyata tidak mampu mengimbangi penurunan konsumsi pakaian, alas kaki, jasa perawatan serta transportasi dan komunikasi.
“Dalam kondisi pembatasan aktivitas, masyarakat mengurangi konsumsi barang-barang kebutuhan nonpokok. Sinyal pelemahan konsumsi ini juga terlihat pada menurunnya indeks keyakinan konsumen dan penjualan eceran pada Maret 2020 sebesar -5,4 persen (yoy),” ujar Febrio dalam keterangannya, Selasa (5/5/2020).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.