Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Wujudkan Ketahanan Pangan, Kementan Optimalkan Pemanfaatan Lahan Rawa

Kompas.com - 23/05/2020, 09:30 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sheila Respati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengoptimalkan lahan rawa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan memaksimalkan pemanfaatan lahan tersebut pasca optimalisasi lahan rawa tahun 2019.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Indonesia harus mewujudkan ketahanan pangan khususnya dalam masa pandemi Covid-19.

“Untuk mewujudkan ketahanan pangan yang mandiri dan berkelanjutan, perlu didukung oleh pengembangan infrastruktur pertanian, pembangunan SDM pertanian yang cerdas dan unggul,” kata Syahrul dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (23/05/2020).

Baca juga: UPJA Tani Karya Mandiri Hidupkan Pertanian di 7 Desa, Kementan Apresiasi

Ketahanan pangan yang mandiri serta peningkatan produktivitas pertanian dinilai menjadi hal krusial demi menjaga ketersediaan bahan pangan masyarakat.

"Diperlukan pula upaya pemenuhan produk pertanian berstandar international, modernisasi industri pertanian serta peningkatan daya saing global produk pangan dan pertanian," imbuh Syahrul.

Sementara itu Dirjen PSP Kementan Sarwo Edhy mengatakan, program utama Ditjen PSP Tahun Anggaran 2020 di antaranya adalah perluasan dan perlindungan lahan melalui LP2B, perluasan sawah, pemetaan lahan pertanian, serta optimalisasi lahan rawa dan lahan kering.

“Dari kegiatan optimalisasi lahan periode 2015 hingga 2019, telah dibangun seluas 369.779 hektare," terang Edhy.

Baca juga: Laboratorium Hewan Kementan Disulap untuk Uji Virus Corona

Program optimalisasi lahan rawa tersebut, lanjut Edhy, dapat meningkatkan Provitas dan Indeks Pertanaman (IP).

"Dari semula belum pernah panen menjadi bisa dimanfaatkan dengan baik hingga IP 2, dan provitasnya yang rata-rata 2,5 ton per hektare. Setelah dioptimalkan bisa mendi rata-rata 5-6 ton per hektare, sehingga bisa menambah produktivitasnya,” ujar Edhy.

Sebagai informasi, kegiatan optimalisasi lahan rawa telah dilaksanakan pada 2019 di kabupaten seluas 17.477 hektare.

Di Desa Pelaihari, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut misalnya, yang dikelola oleh Unit Pengelola Keuangan dan Kegiatan (UPKK) Sempurna.

Baca juga: Ini 4 Produk Anti Virus Corona yang Dipatenkan Balitbangtan Kementan

UPKK tersebut terbentuk dari lima poktan yaitu Poktan Rahmat Ibu, Poktan Lestari, Poktan Barokah , Poktan Mekar Sari dan Poktan Maju Bersama.

Samsudin, Ketua UPKK Sempurna bertanggung jawab mengkoordinasikan bantuan dari pemerintah berupa optimalisasi lahan rawa ini seluas 220 hektare.

Melalui kerjasama seluruh petani serta adanya bantuan teknologi dari pemerintah, pengelolaan lahan pertanian di lahan rawa tersebut produktivitasnya jutsru meningkat.

Samsudin menjelaskan, pasca pembangunan optimalisasi lahan rawa, kondisi area tersebut dimanfaatkan dengan baik dan mulai tanam dari akhir Desember 2019 sampai dengan Januari 2020.

Baca juga: Kementan Optimis Pertanian Berkontribusi Besar Bagi Perekonomian Nasional

“Kegiatan ini mampu membantu meningkatkan pendapatan petani. Dulu hanya lahan rawa ini tidak dapat digunakan. Tapi kini bisa ditanami padi dan memiliki produktivitas 2-3 ton per hektare,” jelasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com