Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 57,6 Persen Responden Anggap Ekonomi Indonesia Selama Pandemi Buruk

Kompas.com - 09/06/2020, 10:12 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan, kondisi perekonomian nasional selama situasi wabah virus corona (Covid-19) melanda tergolong buruk.

Dari 1.200 responden seluruh Indonesia, sebanyak 57,6 persen memberikan penilaian buruk terhadap kondisi perekonomian nasional.

Kemudian, sebanyak 23,4 persen responden menyatakan kondisi ekonomi RI sangat buruk. Ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan sejak 16-18 Mei 2020 oleh Indikator.

Baca juga: Perekonomian RI Diramal Tak Tumbuh, Ini Saran Bank Dunia

"Kurang lebih setelah tiga bulan berada dalam situasi pandemi, warga menilai bahwa kondisi ekonomi nasional secara umum buruk (57,6 persen) dan sangat buruk (23,4 persen). Persepsi terhadap kondisi ekonomi nasional itu adalah yang terburuk sejak tahun 2004," ujar Indikator berdasarkan hasil survei temuan mereka melalui keterangan tertulis, Selasa (9/6/2020).

Hasil survei juga memperlihatkan, keadaan ekonomi rumah tangga dibanding tahun lalu saat ini dianggap lebih buruk dalam tiga bulan terakhir.

Sebanyak 65,4 persen ekonomi rumah tangga lebih buruk dan 18,3 persen alami kondisi jauh lebih buruk.

"Di tingkat rumah tangga, mayoritas warga merasakan dampak ekonomi secara langsung. Mayoritas warga saat ini menilai kondisi ekonomi rumah tangga lebih buruk atau jauh lebih buruk dibandingkan tahun lalu (83,7 persen)," jelas Indikator.

Baca juga: Kemenkeu Nilai Pelonggaran PSBB Tak Serta Merta Dorong Perekonomian

"Penilaian ini jauh meningkat dibandingkan survei pada Februari lalu ketika hanya 22 persen yang menilai demikian," imbuh Indikator.

Sebanyak 1.200 responden pun juga mengungkapkan, masa pandemi serta imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah (work from home/WFH) berdampak terhadap pendapatan rumah tangga yang turun di bulan Mei 2020.

Sebanyak 86 persen pendapatan rumah tangga menurun, dibandingkan Maret-April yang memberikan hasil suara masing-masing 41 persen dan 70 persen.

Tertinggi pemberi respon adalah yang berpenghasilan di bawah Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.

Baca juga: Ini Skenario Terberat Perekonomian RI akibat Covid-19 Versi Sri Mulyani

"Mayoritas warga saat ini juga menjawab bahwa pendapatan kotor rumah tangga saat ini menurun (86 persen). Dalam tiga bulan terakhir jawaban menurun ini mengalami tren peningkatan yang tajam. Penurunan ini dirasakan cukup merata di semua kategori sosio-demografis," ujar Indikator.

Hasil survei Indikator juga menjelaskan, berdasarkan pendidikan, warga berpendidikan SMA ke bawah lebih banyak merasakan penurunan pendapatan rumah tangga selama wabah Covid-19 masuk ke Indonesia sejak awal Maret lalu.

Sementara, warga berpendidikan tinggi lebih sedikit merasakan penurunan.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com