Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resesi, Ekonomi Singapura Kuartal II Menyusut 12,5 Persen

Kompas.com - 14/07/2020, 11:40 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com - Pada kuartal II 2020, produk domestik bruto (PDB) Singapura mengalami kontraksi sebesar 12,6 persen year on year (yoy) atau jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Singapura pun mengalami resesi yang dipicu oleh kebijakan circuit breaker untuk mencegah penularan virus corona (covid-19) menyebabkan permintaan eskternal melemah di tengah perekonomian global yang juga loyo.

Dikutip dari StraitsTimes, Selasa (14/7/2020) realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini lebih buruk dari ekspektasi ekonom yang mengatakan kontraksi pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 10,5 persen, dan lebih buruk dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I yang sebesar 0,3 persen.

Baca juga: Menko Airlangga: Kuartal II Indonesia Sudah Masuk Zona Resesi

Pihak pemerintah pun memperoyeksi, ekonomi Singapura hingga akhir tahun akan mengalami kontraksi sekitar 7 persen hingga 4 persen.

Adapun secara kuartalan, produk domestik bruto negeri Singa ini menyusut 41,2 persen (quarter to quarter), lebih buruk dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mengalami kontrksi 3,3 persen.

Dengan kontraksi yang dialami selama dua kuartal berturut-turut, baik secara kuartalan maupun tahunan, Singapura masuk dalam jurang resesi.

Sektor manufaktur merupakan satu-satunya kegiatan perekonomian yang mencatatkan pertumbuhan hingga 2,5 persen (yoy), meski cenderung melambat jika dibandingkan dengan kuartal pertama yang sebesar 8,2 persen.

Pertumbuhan didorong oleh lonjakan output pada subsektor manufaktur biomedis.

Baca juga: Imbas Corona, OECD Prediksi Resesi Global Terburuk dalam 100 Tahun

Namun demikian, melemahnya permintaan eksternal akibat kinerja perusahaan terganggu lantraan kebijakan circuit breaker turut membenai output dari manufaktur bahan kimia, teknik transportasi, hingga manufaktor umum.

Jika dihitung secara kuartalan, sektor manufaktur menyusut 23,1 persen, kontras jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang masih bisa tumbuh 45,5 persen.

Sektor jasa menyusut 13,6 persen tahun ke tahun, naik dari penurunan 2,4 persen kuartal sebelumnya.

Sektor-sektor terkait pariwisata seperti akomodasi dan transportasi udara terus dihambat oleh pembatasan perjalanan global, sementara layanan berorientasi luar lainnya seperti perdagangan grosir dan transportasi air terpukul akibat penurunan permintaan eksternal karena banyak negara bergulat dengan pandemi.

Sementara itu, kebijakan circuit breaker yang mengharuskan warga Singapura untuk tinggal di ruma merugikan sektor layanan yang berorientasi domestik seperti layanan makanan, ritel, dan layanan bisnis.

Secara kuartalan, industri-industri yang memproduksi jasa menyusut 37,7 persen pada kuartal kedua, lebih dalam dari kontraksi kuartal sebelumnya sebesar 13,4 persen.

Sektor konstruksi terpukul paling parah, karena sebagian besar kegiatan konstruksi harus ditunda, menyusut 54,7 persen tahun ke tahun, dibandingkan dengan penurunan kuartal sebelumnya 1,1 persen.

Dengan sebagian besar kegiatan terhenti selama II tahun ini, dan langkah-langkah tambahan Covid-19 yang mengakibatkan keterbatasan tenaga kerja, sektor konstruksi menyusut 95,6 persen secara kuartalan, jauh lebih buruk daripada kontraksi 12,2 persen kuartal pertama.

Baca juga: Pemerintah Tiru Singapura dan Korsel yang Pekerjakan PNS dengan Jumlah Minim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com