Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Mahal, Kualitas Sayuran Indonesia Diakui di Jepang

Kompas.com - 21/07/2020, 14:49 WIB
Yohana Artha Uly,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk sayuran dan rempah beku (frozen) asal Indonesia ternyata digemari di pasar Jepang.

Harganya terbilang mahal dibandingkan negara lain, namun ini sejalan dengan kualitasnya yang lebih unggul.

Hal itu diungkapkan Katsunori Kasugai, Presiden Nanyang Trading Co, perusahaan pengimpor produk sayuran dan rempah beku asal Indonesia, dalam webinar Japan-Indonesia Market Acces, Selasa (21/7/2020).

Baca juga: Produksi Diklaim Melimpah, Masyarakat Diminta Konsumsi Sayuran Lokal

Adapun produk sayuran dan rempah frozen yang diimpor dari Indonesia, antara lain bawang merah, pete, jengkol, jantung pisang, lengkuas, serai, kunyit, hingga bunga honje.

Kasugai mengatakan, harga produk-produk asal Indonesia tersebut 40 persen lebih mahal daripada produk yang sama asal Vietnam dan Thailand. Ini karena ongkos produksi dari Indonesia memang sudah mahal.

"Dengan ongkos produksi yang tinggi di Indonesia dan dengan volume yang kecil, ini menjadikan produk Indonesia di Jepang ini sendiri itu 40 persen lebih mahal dari produk Thailand dan Vietnam," katanya.

Kendati demikian, secara kualitas produk pertanian Indonesia mampu bersaing. Kasugai bilang, kualitasnya 30-50 persen lebih baik dari dibandingkan produk asal Thailand dan Vietnam.

"Jadi kami akan terus (impor). Sehingga kami menekankan (pada pelanggan) bukan di faktor harga murah, tapi kualitas bagus," imbuh Kasugai. 

Baca juga: Pasokan Sayuran Segar Dalam Negeri Melimpah, Indonesia Siap Ekspor

Di sisi lain, produk sayuran serta rempah frozen asal Thailand dan Vietnam juga seringkali dilarang oleh pihak karantina Jepang, sebab sering ditemui permasalahan.

Dalam momen tersebut, sudah pasti Indonesia memenangkan pasar meski harga produk cukup mahal.

Kendati demikian, Katsugai berharap para produsen di Indonesia bisa berinovasi untuk menekan biaya produksi dan menambah volume produksi. Sehingga, baik dari segi kualitas dan harga bisa bersaing dengan produk Thailand dan Vietnam.

"Apalagi mungkin kalau misalnya volume produksi bisa dipertinggi dan ongkos produksi bisa ditekan serendah mungkin, saya yakin (penjualan) bisa lima kali lipat dari kondisi yang kita impor sekarang ini," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com