Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Johar Arief

Produser Program Talk Show Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Wartawan dan saat ini produser program talk show Satu Meja The Forum dan Dua Arah di Kompas TV ? Satu Meja The Forum setiap Rabu pukul 20.00 WIB LIVE di Kompas TV ? Dua Arah setiap Senin pukul 22.00 WIB LIVE di Kompas TV

Resesi Ekonomi dan Kepercayaan Publik pada Jokowi

Kompas.com - 12/08/2020, 11:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Indonesia berada di ambang resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2020 tercatat minus 5,32 persen (YoY). Kontraksi ini lebih dalam dari ekspektasi pemerintah di kisaran 4,3 hingga 4,8 persen.

Dengan realisasi tersebut, sejumlah pihak menyebut Indonesia sudah memasuki fase resesi. Pasalnya, jika dilihat dari perbandingan kuartal ke kuartal (QtQ), ekonomi Indonesia sudah berada di level negatif dua kali berturut-turut.

Secara QtQ, pada kuartal I-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 2,41 persen. Lalu, pada kuartal II, minus 4,9 persen.

Meski demikian, pemerintah menilai Indonesia belum mengalami resesi ekonomi. Sebuah negara dikatakan jatuh ke jurang resesi jika realisasi pertumbuhan ekonomi secara tahunan atau year on year (YoY) berada di level negatif pada dua kuartal berturut-turut.

Meski memburuk, realisasi ekonomi pada dua kuartal masih disyukuri oleh Presiden Jokowi. Pada kuartal I, ekonomi Indonesia masih bertumbuh 2,97% secara YoY di saat negara lain banyak yang negatif. Kontraksi Indonesia pada kuartal kedua jauh lebih ringan dibanding yang dialami negara-negara lain.

“Kita patut bersyukur meski kita minus 5,32 persen, coba kita lihat, Italia minus 17,3 persen, Jerman minus 11,7 persen, Prancis minus 19 persen, AS minus 9,5 persen,” kata Jokowi

Sedikitnya tujuh negara di dunia telah resmi jatuh ke jurang resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di Asia Tenggara, Singapura dan Filipina telah masuk jerat resesi. Indonesia disebut-sebut akan menjadi negara berikutnya.

Jatuh tidaknya Indonesia pada jurang resesi akan sangat bergantung realisasi ekonomi di kuartal ketiga. Pemerintah sendiri merasa optimistis kondisi ekonomi pada kuartal ketiga akan membaik bahkan bertumbuh sehingga Indonesia bisa terlepas dari jerat resesi.

Belanja pemerintah menjadi stimulus untuk menggerakkan ekonomi pada kuartal ketiga. Presiden Jokowi meminta seluruh jajarannya untuk bekerja keras mempercepat penyerapan anggaran pemulihan ekonomi. Penyerapan stimulus yang cepat menjadi kunci bagi Indonesia untuk lolos dari kondisi ekonomi yang lebih berat.

Namun, para ekonom tak sepenuhnya sepakat dengan optimisme pemerintah. Pasalnya, dengan penanganan pandemi Covid-19 yang masih buruk, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan berkontraksi lebih dalam lagi.

Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini, meyakini Indonesia akan masuk jurang resesi pada kuartal ketiga dengan penanganan pandemi seperti ini. Kekhawatiran tersebut memang beralasan. Pasalnya, realisasi ekonomi pada kuartal kedua 2020 jauh dari ekspektasi.

Penanganan pandemi Covid-19 memang banyak dikritik ekonom dan pengamat karena dinilai mengedepankan sektor ekonomi dibandingkan kesehatan. Padahal, dampak ekonomi muncul karena masalah kesehatan. Kondisi ekonomi diyakini akan terus memburuk selama penanganan kesehatan tidak pernah tuntas.

Kepercayaan publik

Merosotnya kondisi ekonomi ternyata tak berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden Jokowi.

Menurut survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) pada 29 Juli-1 Agustus 2020, 79% responden percaya Jokowi mampu membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akibat pandemi. Hanya 20% yang tidak percaya.

Pada survei 20-22 Mei lalu, tingkat kepercayaan pada kemampuan Jokowi menangani krisis ekonomi hanya 69%.

Survei Litbang Kompas juga cenderung menunjukkan trend yang sama. Sebanyak 56,8 persen responden menilai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah telah berdampak positif pada perekonomian masyarakat. Hanya 38,2 persen yang menilai tidak membawa dampak positif.

Kepercayaan publik yang meningkat di tengah kondisi ekonomi yang memburuk dan meluasnya kritik terhadap pemerintah dalam penanganan pandemi bisa dikatakan sebuah anomali.

Lantas, mengapa kepercayaan terhadap Presiden Jokowi tinggi? Saksikan pembahasannya dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (12/8), yang didiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com