JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kinerja ekonomi dan industri keuangan syariah di dalam negeri.
Sebab menurut dia, masih banyak hal yang bisa dikembangkan terutama di dalam industri perbankan syariah di dalam negeri.
Sri Mulyani mengatakan, meski dalam Global Islamic Finance Report (GIFR) Indonesia menempati posisi pertama dalam pasar keuangan syariah global, hal itu tidak seharusnya membuat industri keuangan di dalam negeri berpuas diri.
"Karena kita melihat sendiri dalam konteks Indonesia, indikator dari segmen ekonomi syariah masih sangat terbatas dibandingkan dengan konvensional," ucap Sri Mulyani dalam Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) 2020 secara virtual, Senin (21/9/2020).
Baca juga: Gubernur BI: Digitalisasi Percepat Transformasi Ekonomi dan Keuangan Syariah
Bendahara Negara itu mengatakan, kinerja industri perbankan Indonesia masih harus ditingkatkan.
Peningkatan kinerja tersebut tidak hanya dari sisi kehadiran atau jumlah bank syariah saja, namun juga dari sisi efisiensi, teknologi, tata kelola perusahaan, hingga peningkatan kepercayaan masyarakat.
Menurut Sri Mulyani, seharusnya industri keuangan syariah juga bisa sebanding dengan industri keuangan konvensional.
"Harus terus ditunjukkan di dalam indikator-indikator keuangan syariah yang comparable dengan indikator konvensional," ujar Sri Mulyani.
Dia menyebutkan, perbankan syariah menawarkan etika keislaman dalam pelayanannya.
Etika tersebut meliputi kejujuran, kemampuan saling percaya dan tidak menyalahi perjanjian, hingga tidak melakukan korupsi dan manipulasi.
"Itu wajah Islam yang merupakan daya tarik dan competitiveness yang luar biasa," jelas dia.
Baca juga: Sandiaga Uno Minta Lembaga Keuangan Syariah harus Bisa Berjalan Sesuai Prinsipnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.