Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas di Level Rp 1 Jutaan, Lebih Bijak Jual atau Beli?

Kompas.com - 24/10/2020, 13:46 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Emas menjadi instrumen investasi pilihan saat pandemi Covid-19. Harganya kian melambung sejak Maret 2020.

Harga emas Antam bahkan sempat berada di Rp 1.065.000 per gram pada 7 Agustus 2020 lalu. Hari ini, harganya berada di level Rp 1.008.000 per gram. Meski menurun, harga emas masih berada di level Rp 1 jutaan dan berpotensi naik lebih tinggi.

Lantas, di tengah melambungnya harga emas saat pandemi, apa yang seharusnya dilakukan? Apakah bijak membeli emas saat harga masih tinggi? Atau lebih baik menjualnya?

Baca juga: Agar Tetap Cuan, Begini Strategi Investasi untuk Tahun 2021

Interim Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen (MAMI) Afifa mengatakan, memang sulit menentukan perihal membeli emas ataupun menjual di masa-masa krisis, termasuk pandemi Covid-19.

Namun dia menyarankan, cari instrumen investasi yang undervalue atau yang masih sesuai dengan nilainya. Jika harga emas terlampau tinggi, tentu bukan pilihan bijak untuk membelinya sekarang.

"Dalam strategi investasi, jika harga emas sudah di atas value-nya, mestinya tidak membeli emas," kata Afifa dalam webinar Basic Investment MAMI secara virtual, Sabtu (24/10/2020).

Oleh karena itu, Afifa menyarankan untuk mendiversifikasikan instrumen investasi. Selain berinvestasi di emas, investasikan uangmu di instrumen lain, seperti reksa dana, obligasi, hingga saham.

Bila harga emas cenderung naik, carilah aset-aset yang masih undervalued namun secara jangka panjang mampu memberikan pengembalian (return) yang baik.

Baca juga: Simak, Ciri-ciri dan Modus Investasi Ilegal

"Misalnya sekarang reksa dana saham lagi turun, dimungkinkan untuk berinvestasi ke reksa dana saham. Kalau kita lihat volatilitasnya memang masih berfluktuasi. Tapi baik saham maupun obligasi dalam jangka panjang masih memberikan potensi yang baik," sebut Afifa.

Jika kamu sudah mendiversifikasi aset, penting untuk mengecek keseimbangan (re-balancing) aset-asetmu. Re-balancing biasanya dilakukan tiap 6 bulan atau 1 tahun sekali.

Misalnya, persentase investasi emas dalam portofoliomu sebesar 20 persen. Namun karena harganya naik disaat instrumen lain turun, aset emas ini bisa mencapai 30 persen.

Bila begitu, 10 persennya bisa kamu alihkan ke instrumen lain yang masih undervalued namun memiliki potensi bagus.

"Jadi jangan hanya melihat instrumen yang harganya sudah naik tinggi. Bisa jadi saat dibeli, ternyata itu adalah masa peak-nya (harga sedang tinggi-tingginya). Untuk investor yang paham, mungkin cenderung menjual," ujar dia.

Baca juga: Rebalancing Portofolio Bisa Jadi Solusi Investasi Saat Pandemi, Apa Itu?

Namun sebelum melangkah, kamu tentu perlu memperhatikan prospek ekonomi ke depan. Prospek ini tentu akan menggiringmu memilih instrumen yang tepat sehingga memperkecil risiko yang muncul.

"Perlu juga mengetahui bagaimana prospek ke depannya. Jadi intinya tetap, diversifikasi aset. Punya emas boleh, tapi tambahkan dengan investasi lainnya," pungkas Afifa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com