Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Manfaat "Learned Optimism" bagi Peningkatan Kinerja

Kompas.com - 06/01/2021, 17:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Adapun orang yang optimistis jika berada dalam situasi/kondisi yang sama, akan berpikir sebaliknya bahwa peristiwa buruk yang terjadi hanyalah sementara dan terjadi pada suatu hal/kondisi tertentu saja.

Baca juga: 5 Tips Atur Keuangan dari Mahasiswa Jadi Karyawan

Orang yang optimistis juga meyakini bahwa ketidakberuntungan tidak disebabkan oleh dirinya, tetapi karena keadaan atau orang lain. Ketidakberuntungan dianggap sebagai tantangan dan akan berusaha keras untuk menghadapinya.

Aspek optimisme

Menurut Seligman (2006), terdapat beberapa aspek dalam cara individu memandang suatu kejadian/permasalahan yang berhubungan dengan gaya penjelasan (explanatory style), yaitu:

1. Permanence

Permanence menggambarkan bagaimana individu melihat kejadian berdasarkan waktu, yaitu bersifat sementara (temporary) dan menetap (permanence).

Orang-orang yang mudah menyerah (pesimistis) percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian buruk yang menimpa mereka bersifat permanen, akan selalu terjadi dan memengaruhi sepanjang hidupnya.

Sebaliknya, orang-orang yang optimistis meyakini bahwa hal tersebut hanya bersifat sementara serta tidak memengaruhi atau menentukan jalan hidupnya.

2. Pervasif (specific vs universal)

Pervasif menggambarkan bagaimana individu melihat kejadian berdasarkan ruang. Individu yang pesimistis ketika mengalami kegagalan di satu area maka akan menyerah di area lainnya.

Adapun pada individu yang optimistis ketika mengalami hal yang sama (kegagalan di satu area) ia akan tetap melangkah dengan yakin pada area lainnya.

3. Personal

Personal menggambarkan bagaimana individu melihat kejadian berdasarkan asal masalah, apakah dari dalam dirinya (internal) atau dari luar diri (eksternal). Seorang yang pesimistis meyakini suatu kegagalan semata-matas disebabkan oleh dirinya. Adapun orang yang optimistis meyakini sebaliknya.

Manfaat optimisme

Seligman (2006) menyatakan bahwa optimisme bermanfaat menjadikan sesorang lebih fokus pada solusi, tidak takut mengalami kegagalan, dapat menjadi komunikator yang baik, lebih berorientasi ke masa depan, termotivasi secara positif, dapat menularkan perilaku optimistis kepada orang lain, lebih menghargai prinsip berkolaborasi dan memiliki pola pikir sukses.

Dalam bidang peningkatan kinerja individu, optimisme dapat membuat orang lebih sukses, meningkatkan kepercayaan diri, membuat individu lebih dapat menyesuaikan diri dalam segala perubahan, menggunakan waktu lebih bersemangat lebih berprestasi dalam potensinya (Segestrom, 1998).

Hilmma Hermawan SPsi
Mahasiswa S2, Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara

Dr Zamralita MM, Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara

Dr Ir Rita Markus Idulfilastri, MPsi
Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com