Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN BISNIS KOMPASIANA] Corporate Culture, Berdamai dengan Pandemi | Elegi Toko Buku | Bisnis Jengkol yang Menjanjikan

Kompas.com - 02/03/2021, 21:19 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Genap satu tahun covid-19, per hari ini 2 Maret 2021 sudah melanda Indonesia sejak kasus pertama ditemukan.

Sudah tidak ada lagi yang sama seperti dulu, dunia pendidikan hingga perkantoran mengubah semua konsep. Meski perlahan, tapi mulai menunjukan kebiasaan baru.

Sebagai contoh, pemilik perusahaan dan pengelola perkantoran agar merumuskan kembali konsep kerja yang aman dan sehat selama pandemi Covid-19.

Walau pada Juli 2020, misalnya, perkantoran jadi penyumbang kasus baru yang terinveksi covid-19. Pengelola perkantoran dan para karyawan yang mulai beraktivitas di kantor diminta untuk lebih meningkatkan kewaspadaan.

Sudah ada yang berubah dari aktivitas di perkantoran selama ini? Perubahan apa yang kentara?

Inilah 4 konten terpopuler dan menarik di Kompasiana pada rubrik Bisnis dalam menyikapi covid-19 yang sudah berlangsung 1 tahun di Indonesia.

1. Corporate Culture, Pilihan Berdamai dengan Pandemi

Corporate culture, dalam kondisi seperti ini, merupakan identitas sekaligus upaya perusahaan dalam mempersiapkan keberlangsungan suatu entitas bisnis.

Pilihan-pilihan yang terjadi dalam sebuah organisasi atau peusahaan, menurut Kompasianer Suparjono, mesti jadi satu bentuk corporate culture yang dibangun agar keberlangsungan bisnis yang dijalankan.

"Bahwa budaya mampu mengantarkan entitas bisnis melakukan tindakan menyesuaikan diri sehingga mampu bertahan dalam kondisi apapun," lanjutnya.

Pada akhirnya pandemi yang menyebabkan terjadi kontraksi terhadap ekonomi kita tentu bisa dilihat dari bagaimana organisasi atau perusahaan mampu melakukan tindakan-tindakan untuk menyesuaikan dengan keterbatasan mobilisasi dan interaksi. (Baca selengkapnya)

2. Tesla Bukan Satu-satunya Solusi untuk Indonesia

Kompasianer Richad Ade melihat ramainya perbincangan terkait Tesla dan Elon Musk yang lebih memilih India daripada Indonesia untuk membuka pabrik mobil listrik.

Tesla memang menjadi perusahaan yang mencuat dengan teknologi batrei lithium sebagai penampung energi khususnya untuk digunakan pada mobil listrik.

Namun, berbincang tentang energi terbarukan, menurut Kompasianer Richad Ade, seharusnya Indonesia adalah Negara yang sangat ditakuti karena keberadaan agro resources yang begitu melimpah.

Cukup jelas bahwa potensi agraris Indonesia sangat bisa dikembangkan untuk menekan emisi karbon yang menjadi musuh bersama. (Baca selengkapnya)

3. Elegi Toko Buku: Mari Mati Bersama Pelan-pelan

Sejarah berdirinya Ikapi sejatinya tidak dapat dipisahkan dari perkumpulan toko buku.

Sebagaimana yang dituliskan Kompasianer Bambang Trim, pada tahun 1970 berdiri Toko Buku Gramedia yang kemudian menjadi toko buku dengan jejaring terbesar di Indonesia.
Gramedia dan Gunung Agung seperti seiring sejalan menguasai pasar buku dan alat tulis di Indonesia.

"Mal-mal menjadi target mereka sehingga kehadiran mal selalu ditingkahi juga kehadiran kedua toko buku ini. Hanya kemenangan Gramedia terlihat kini dari lahan-lahan strategis yang mereka miliki di berbagai kota di Indonesia," lanjutnya.

Namun, ketika kondisi seperti ini, apalagi mal-mal sudah sepi pengunjung, masih bisakah toko buku diselamatkan? (Baca selengkapnya)

4. Jengkol, antara Aroma dan Permintaan Pasar yang Menjanjikan

Pada masanya, menurut tulisan Kompasianer Ibra Alfaroug, bahwa jengkol di kampungnya tidak untuk dijual, bahkan banyak ditebang dan tidak terlalu diurus oleh petani.

Namun, tepatnya tahun 2015, secara bersamaan hasil bumi mulai punya harga dan selalu ada permintaan; termasuk jengkol.

"Seperti harga jengkol cukup lumayan tinggi, per kilogram ditaksir seharga Rp 8.000 sewaktu musim panen, bahkan lebih mahal dari harga ayam maupun Ikan per kilogram," lanjutnya.

Melihat itu, membudidayakan tanaman jengkol dalam skala besar musti dicoba setidaknya pada lahan yang tidak terurus atau digarap di lahan kosong. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com