Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meroketnya Harga Cabai: Janji Pemerintah dan Masalah Klasik Menahun

Kompas.com - 22/03/2021, 08:22 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Lanjut Jokowi, dirinya sampai heran mengapa cabai yang bukan komoditas pangan pokok tetapi bisa memicu polemik berkepanjangan.

Baca juga: Harga Cabai Meroket, Ikatan Pedagang Pasar Sentil Pemerintah

"Yang naik hanya cabai saja kok ribut, nanti kalau musimnya juga turun, biasa, fluktuatif. Jangan termakan hal seperti itu, faktanya memang iya (cabai naik), tetapi memang fluktuasinya seperti itu," ucapnya dengan nada kesal.

Jokowi awalnya membahas soal pengendalian inflasi yang relatif stabil pada periode pertama pemerintahannya. Namun, kemudian dirinya menyinggung masalah cabai yang saat itu harganya tembus di atas Rp 100.000 per kg.

Dibandingkan pencapaian penanganan inflasi, sambung Jokowi, meroketnya harga cabai seharusnya tak terlalu dipermasalahkan.

"Kita lihat posisi inflasi kita, artinya apa, kita lihat di sisi pengendalian harga, yang sebelumnya 8,3 persen. 2015 bisa kita tarik kepada 3,35 persen dan 2016 itu 3,02 persen," ungkap Jokowi.

Baca juga: Keluhan Emak-emak: Beli Cabai Rp 10.000, Isi hanya 7-10 Biji...

Penjelasan petani cabai

Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengungkapkan, meroketnya harga cabai seolah sudah jadi langganan setiap pergantian musim dalam setiap tahunnya. Selain itu, masalah ini belum juga ditemukan solusi permanennya.

"Sudah jadi masalah klasik. Masalah dari dulu kan cara berbudaya petani, paling penting di situ," kata Hamid.

Menurut dia, permintaan cabai khususnya jenis rawit terus meningkat dari tahun ke tahun seiring tren kuliner berbahan baku cabai rawit yang populer sejak beberapa tahun belakangan.

Di sisi lain, cara budidaya cabai yang dilakukan petani belum banyak berubah. Artinya, belum banyak petani cabai yang menanam dengan metode intensifikasi.

Baca juga: Cuaca Buruk hingga Banjir Kerek Harga Cabai Hingga Rp 128.000 per Kilogram

"Sudah begitu iklim sekarang berubah, penyakit banyak, lahan semakin menyempit, tanah menurun kesuburannya, cara menanamnya masih sama. Cara berbudidaya petani belum berubah. Pemerintah juga harus aktif melakukan pembinaan cara bercocok tanam yang baik," ujar Hamid yang juga pengepul cabai ini.

Jadi sebab inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Januari 2021 sebesar 0,26 persen. Dengan begitu, tingkat inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,55 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ada beberapa komoditas yang menyumbang inflasi pada Januari 2021. Namun kenaikan harga tersebut bukan karena tingginya permintaan, namun lebih dipengaruhi oleh faktor suplai yang terkendala karena cuaca buruk.

Kenaikan harga cabai rawit dan ikan segar misalnya, terjadi karena adanya intensitas curah hujan yang tinggi.

Baca juga: Koperasi Simpan Pinjam: Pengertian, Contoh, dan Fungsinya

"Kenaikan harga cabai dipengaruhi oleh sisi suplai karena cuaca yang buruk. Kita harapkan ini sifatnya sementara, akhir Februari-Maret diharapkan (harganya kembali) stabil," kata Suhariyanto.

Janji Mentan

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, harga cabai rawit di tingkat konsumen akan mengalami penurunan pada masa bulan puasa dan Lebaran nanti atau sepanjang April-Mei 2021.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com