Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KURASI KOMPASIANA] Menghadapi Kolega Suami yang Dilanda Puber Kedua | Jangan Jadikan Puber Kedua sebagai Dalih Berselingkuh

Kompas.com - 02/04/2021, 20:19 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Puber adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa dengan beberapa tanda-tanda, seperti fisik dan psikologis.

Berbeda dengan sebelumya, puber kedua kerap melanda pria usia paruh baya.

Umumnya para pria ini enggan mulai merasa tua. Akibatnya mereka jadi lebih memperhatikan penampilan layaknya remaja.

Selain itu keengganan memasuki masa tua ini memunculkan perilaku yang berkaitan dengan sikap romantisme dan minat psikoseksual kepada lawan jenis.

Pembahasan puber kedua ini sendiri menjadi salah topik menarik di Kompasiana. Berikut 3 konten terkait puber kedua:

1. Puber Kedua, Kala Midlife Crisis Menghampiri

Komapsianer Hennie Triana menyebutkan puber kedua tau midlife-crisis bisa terjadi pada siapa saja di antara usia 40 dan akhir 50 tahun. Tiap individu mengalami hal yang berbeda, tidak selalu mereka jatuh cinta.

Tetapi, di fase ini biasanya ada situasi dan perasaan yang berbeda dari hidup mereka.

Memasuki masa kematangan, sedikit mirip dengan situasi remaja yang baru saja meninggalkan masa anak-anaknya.

Bagi wanita, salah satu alasannya adalah kejenuhan dengan hidup yang monoton. (Baca selengkapnya)

2. Jangan Jadikan Puber Kedua sebagai Dalih Berselingkuh

Puber kedua adalah istilah dialamatkan kepada orang dewasa yang berperilaku ganjen, meski sebenarnya dunia medis tidak mengenal pemahaman puber kedua.

Istilah tersebut kerap digunakan untuk menggambarkan orang dewasa yang bertingkah selayaknya remaja yang baru memasuki masa pubertas.

Mereka pun mengedepankan penampilan, berlaku percaya diri, bergairah, dan agresif mendekati lawan jenis.

Kompasianer Budi Susilo mengatakan, dalam usia yang rentan mengalami krisis paruh baya, seorang pria cenderung lebih aktif, bergairah, kemudian berpetualang dengan cara menggoda lawan jenis.

Konon, menurutnya, petualangan asmara itu tumbuh karena kesadaran tentang menyurutnya masa muda ketika memasuki usia pertengahan alias menjadi tua.

"Dalihnya, ia merasa kemapanan dan pengalamannya membentuk rasa percaya diri mendekati wanita," tulis Kompasianer Budi Susilo (Baca selengkapnya)

3. Puber Kedua, Bahkan Ketiga, Kenapa Tidak? Asal di Jalur yang Benar

Berbeda dengan sebelumnya, menurut Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang, puber ke berapa pun tidak masalah selama itu positif.

Apapun juga, cinta mereka yang telah pudar, perlu diasah lagi agar bersinar. Puber kedua atau ketiga, itu barangkali jawabannya. Tentu saja puber di jalur yang benar, bukan beraroma perselingkuhan.

Sebab cinta itu tidak memandang usia. Kemesraan sebagai salah satu dari indikator rasa cinta.

"Yang dalam hal ini saya batasi dengan cinta antar lawan jenis, bisa sepasang suami istri, sepasang kekasih, atau baru tahap pedekate, bisa dialami oleh anak kecil yang masih bau kencur hingga orang tua yang sudah mulai bau tanah," tulis Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang. (Baca selengkapnya) (IBS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com