Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Turun Kelas, Kemenko Perekonomian: Semua Negara Alami Hal yang Sama

Kompas.com - 08/07/2021, 17:03 WIB
Mutia Fauzia

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) menurunkan kelas Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income country) dari sebelumnya negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income country).

Dalam laporan yang diperbarui setiap 1 Juli itu, penurunan kelas terjadi seiring dengan menurunya pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita pada tahun 2020. Tahun lalu pendapatan per kapita Indonesia sebesar 3.870 dollar AS, turun dari tahun 2019 yang sebesar 4.050 dollar AS.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menilai, penurunan status Indonesia bukanlah hal yaneh. Sebab, hampir semua negara mengalami penurunan GNI per kapita akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: Indonesia Turun Kelas Jadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Bawah, Ini Kata Kemenkeu

"Bagi ekonom dan pembuat kebijakan, tdk ada yg aneh dg penurunan tsb 350 USD krn dg pandemi hampir semua negara mengalami penurunan GNI per kapita. Bahkan ada negara yg pdb terkontraksi double digit th 2020, GNI perkapitanya turun diatas 2.000 dollar AS. Bahkan banyak negara GNI per kapita turun lebih dari 1.000 dollar AS," ujar Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir kepada Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Seperti diketahui, akibat pandemi, sepanjang tahun 2020 lalu ekonomi Indonesia terkontraksi hingga 2,07 persen.

Di sisi lain, Indonesia juga mengalami pelemahan nilai tukar rupiah. Hal tersebut menjadi faktor GNI per kapita Indonesia mengalami penurunan.

"Sebenarnya hal tersebut sudah dikemukakan BPS pada saat pengumuman PDB tahun 2020 tanggal 5 Februari 2021 yang lalu," ujar dia.

Baca juga: Indonesia Turun Kelas Jadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Bawah

Iskandar pun mengatakan, penurunan status Indonesia dari negara berpendapatan menengah atas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah adalah hal yang tidak perlu dikhawatirkan.

Di sisi lain, Indonesia juga sempat mengalami hal serupa dan kembali bangkit, yakni ketika dihantam krisis tahun 1998.

"Pendapatan perkapita kita pernah turun dari 1.036 dollar AS pada tahun 1997 menjadi 570 dollar AS pada tahun 1998 ketika ekonomi kita terkontraksi 13,1 persen pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi/nilai tukar 1997/1998. Namun setelah krisis kita bangkit dengan pertumbuban rata-rata per tahun 5 persen," ujar dia.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Dua Pertiga Pekerjaan di Indonesia Berkualitas Rendah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com