JAKARTA, KOMPAS.com - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengungkapkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 sebesar 7,07 persen sudah diprediksi dan sudah sesuai dengan proyeksi dari berbagai pihak.
Kinerja ekonomi kuartal II/2021 ini disokong oleh berbagai indikator pemulihan yang mulai terakselerasi.
Ketua Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Ajib Hamdani membeberkan, ada beberapa indikator yang mendukung pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 ke arah perbaikan dan mengalami peningkatan aktivitas ekonomi.
Baca juga: Kuartal I Tembus 7 Persen, BPS: Ekonomi Kuartal III Akan Bergantung pada Penanganan Kesehatan
Pertama, tercermin dari indikator Purchase Manager's Index (PMI) yang sangat ekspansif selama periode April-Juni 2021.
“PMI Bulan April menunjukkan angka 54,6. Kemudian pada bulan April terus ekspansif ke angka 55,3 dan sedikit turun di periode bulan Juni menjadi sebesar 53,5. Selama 3 bulan penuh PMI menunjukkan indikasi yang konsisten ekspansif," ujar Ajib kepada Kompas.com, Kamis (5/8/2021).
Indikator kedua, adalah mobilitas masyarakat yang mulai pulih dikarenakan efek kebijakan pelonggaran sejak terjadinya pandemi Covid-19 di awal Maret tahun lalu.
Sempat ada pembatasan mobilitas masyarakat pada momentum Idul Fitri.
Namun, di tengah pembatasan tersebut, kondisi likuiditas mengalir ke masyarakat sejalan dengan pemberian tunjangan hari raya (THR).
Baca juga: Meski Ekonomi RI Positif, Investor Masih Cermati Pertumbuhan di Kuartal III dan Kasus Covid-19
“Penambahan likuiditas di masyarakat diperkirakan mencapai lebih dari 150 triliun pada momen tersebut. Sehingga tetap terjadi daya ungkit ekonomi yang relatif signifikan," ungkap Ajib.
Indikator selanjutnya, dipicu oleh melesatnya harga batu bara acuan (HBA) secara konsisten di periode kuartal kedua ini dan berangsur meningkat.
Pada Bulan April 2021, HBA di kisaran 86,68 dollar AS per ton, naik sekitar 2,6 persen.
Kemudian pada bulan Mei 2021, HBA meningkat menjadi 89,74 dollar AS per ton, atau setara dengan peningkatan 3,53 persen dan peningkatan ini dilanjutkan hingga Juni menjadi 100,33 dollar AS per ton.
“Periode bulan ini terjadi lonjakan sebesar 11,8 persen. Peningkatan nilai komoditas batubara ini memberikan multiplier effect yang cukup positif dalam ekonomi nasional," kata Ajib.
Baca juga: Ekonomi Kuartal II Tumbuh 7,07 Persen, BPS: Tertinggi sejak Tahun 2004
Meskipun begitu, Ajib menilai capaian pertumbuhan ekonomi 7,07 persen masih bersifat semi absurd karena menggunakan perbandingan pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun lalu yang terkontraksi sangat dalam yaitu minus 5,32 persen.
Ekonomi saat itu terkontraksi akibat tekanan awal mula terjadinya pandemi dan sebagai titik awal resesi melanda Indonesia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.