Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Baru, Uji Terbang Perdana Pesawat CN235 Pakai Bahan Bakar Bioavtur

Kompas.com - 06/10/2021, 13:50 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Uji terbang pesawat CN235-200 FTB menggunakan campuran bahan bakar bioavtur 2,4 persen atau J2.4 berhasil dilakukan.

Penerbangan menggunakan bioavtur ini sekaligus menjadi sejarah baru di Indonesia.

J2.4 adalah bahan bakar campuran bioavtur yang dihasilkan dari bahan baku 2 persen dan 2,4 persen minyak inti sawit atau refined bleached degummed palm kernel oil (RBDPKO) dengan menggunakan katalis merah putih.

Baca juga: Sulap Minyak Jelantah Jadi Biodiesel, Pria Ini Raup Omzet hingga Ratusan Juta

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, salah satu upaya pemerintah untuk mendorong percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) yakni melalui substitusi energi primer ke teknologi yang ada.

Ia bilang, bila pada transportasi darat sudah dilakukan dengan implementasi B30, maka kali ini untuk transportasi udara melalui penggunaan J2.4.

"Hari ini melihat sejarah baru, yaitu penerbnagan perdana yang menggunakan bahan bakar nabati. Ini sudah kita tunggu selama ini dan sudah di coba rute Jakarta-Bandung menggunakan pesawat CN235-200," ujar Arifin dalam acara Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235 Campuran Bahan Bakar Bioavtur, Rabu (6/10/2021).

Uji terbang dilakukan dengan pesawat melakukan penerbangan di ketinggian 10.000 dan 16.000 kaki.

Hasilnya menunjukkan bahwa performace engine dan indikator-indikator yang terdapat di cockpit menunjukkan kesamaan antara penggunaan bahan bakar avtur atau Jet A1 dengan J2.4.

Baca juga: Petani Sawit: PP Kehutanan Terbaru Bakal Ganggu Produksi Biodiesel

"Keberhasilan ini akan menjadi tahap awal dalam peningkatan kontribusi bioavtur di sektor transportasi udara, dalam rangka meningkatkan ketahanan dan keamanan energi nasional," kata Arifin.

Arifin menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, diatur kewajiban untuk melakukan pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada tahun 2020, lalu meningkat menjadi 5 persen pada tahun 2025.

Namun, target implementasi itu belum bisa dicapai, di mana saat ini implementasinya baru bisa dilakukan dengan campuran bahan bakar bioavtur 2,4 persen.

Menurut dia, hal ini dikarenakan ada kendala dari ketersediaan bioavtur, proses teknologi, hingga keekonomiannya.

"Perjalanan panjang sudah dilalui sampai akhirnya kita bisa ditahap ini dengan melibatkan banyak pihak," kata Arifin.

Baca juga: Perusahaan Ini Kembangkan Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar

Ia mengungkapkan, pihak yang dilibatkan sampai tahap uji terbang ini di antaranya PT Pertamina (Persero) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pertamina dan ITB melakukan uji coba co-processing kerosene dengan minyak nabati untuk menghasilkan prototype produk bioavtur.

Lalu pelaksanaan pengembangan bioavtur dilakukan di Unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Refinergy Unit (RU) IV Cilacap milik Pertamina.

Kemudian dihasilkan produk J2.0 pada tahun 2020 dan produk J2.4 pada awal tahun 2021. Selanjutnya, rangkaian uji terbang pun dilakukan sepanjang 8-10 September 2021.

Arifin memastikan, ke depannya pemerintah akan terus mendorong pengembangan bioavtur bahkan hingga J100, serta bisa diterapkan di seluruh maskapai penerbangan domestik maupun internasional.

Baca juga: AirAsia Pesan 362 Pesawat A321neo, Tony Fernandes: Kami Siap Kembali Lebih Kuat

"Oleh karena itu, kami mengharapkan dukungan dari seluruh pihak untuk tahapan-tahapan selanjutnya, termasuk dalam menyusun roadmap-nya," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Soal Gas Murah buat Industri, Menteri ESDM: Insya Allah Akan Dilanjutkan

Whats New
Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com