Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Baru Akan Naikkan Suku Bunga pada Kuartal III Tahun Depan?

Kompas.com - 24/12/2021, 11:52 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan akan menunggu tanda-tanda kenaikan inflasi untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan BI-7 days reserve repo rate (BI-7DRR) dari tingkat 3,5 persen.

Sebelum tanda-tanda kenaikan inflasi muncul, pihaknya tetap mempertahankan suku bunga sebesar 3,5 persen. Adapun tingkat inflasi per tanggal 22 Desember 2021 sebesar 1,3 persen (year to date/ytd) dan pada akhir tahun 2021 dipatok 1,75 persen.

"Pada kesempatan ini suku bunga 3,5 persen. Kami akan terus mempertahankan di tahun depan, sampai dengan ada tanda-tanda untuk kenaikan inflasi," kata Perry Warjiyo dalam webinar outlook perekonomian Jakarta 2022, Jumat (24/12/2021).

Baca juga: Inflasi Memanas, Bank Sentral Inggris Naikkan Suku Bunga Acuan ke Level 0,25 Persen

Perry memprediksi, tanda-tanda kenaikan inflasi kemungkinan baru akan terjadi di kuartal III 2022. Kendati demikian, pihaknya bakal terus memantau perkembangan inflasi dari minggu ke minggu, hingga bulan ke bulan.

"Mungkin baru ada tanda-tanda kenaikan inflasi yang fundamental tentu saja bukan yang short-term inflation, triwulan III tahun ini. Jadi suku bunga tahun depan kami akan coba rendah 3,5 persen sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi," beber dia.

Seiring rendahnya suku bunga, gubernur bank sentral ini juga tetap melonggarkan likuiditas sektor keuangan. Jika terjadi pengurangan likuiditas pada tahun depan, dia menjanjikan akan mengurangi sedikit demi sedikit agar tidak mengganggu pertumbuhan di sektor keuangan.

Adapun longgarnya likuiditas ini terlihat dari rasio Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) dengan persentase sebesar 34 persen. Pada tahun-tahun sebelumnya, pelonggaran rasio AL/DPK maksimum hanya sekitar 23 persen.

"Tak' kurangi dikit-dikit lah, tanpa mempengaruhi sektor keuangan dan perbankan menyalurkan kredit. Kami pastikan itu tanpa mempengaruhi seluruh perbankan untuk membeli SBN yang dijual oleh Kementerian Keuangan," sebutnya.

Tak hanya likuiditas, bank sentral bakal tetap melonggarkan makroprudensial. Pelonggaran makroprudensial sejalan dengan pembukaan sektor ekonomi, pemulihan korporasi, dan pemberian insentif pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

"Pembukaan sektor prioritas itu menjadi fokus untuk pelonggaran makroprudensial. Kalau ada yang bisa saya longgarkan, tak longgarkan lagi. Karena sebagian besar sudah kami longgarkan," pungkas Perry.

Baca juga: BI Tetap Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,50 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com