Terlepas dari hambatan besar ini, terdapat peluang yang signifikan untuk EduTech dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah pandemi Covid-19, yang telah merevolusi ekosistem pembelajaran di Indonesia.
Penerapan protokol kesehatan yang ketat membuat sekolah maupun lembaga pelatihan swasta korporasi turut ditutup. Sehingga menyebabkan peningkatan permintaan untuk layanan seperti Sistem Manajemen Pembelajaran (Learning Management System), saluran pengajaran langsung, materi pembelajaran berbasis video, bahkan audio (podcast) karena siswa sekarang bergantung pada pembelajaran daring.
Untuk memfasilitasi perubahan ini, Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) telah mengumumkan kemitraannya dengan perusahaan EduTech, baik secara gratis atau bersubsidi, melalui Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), yang didedikasikan untuk memberikan bantuan operasional bagi lembaga pendidikan.
Beberapa EduTech juga telah mengambil inisiatif untuk menawarkan program pelatihan daring bagi pengajar guna membantu mereka mengelola kelas virtual dengan pengalaman lebih baik.
Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya, ketimpangan akses internet dan infrastruktur pendukung di Indonesia merupakan masalah signifikan yang membatasi penetrasi EduTech.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, Kemendikbud telah memberikan paket internet gratis melalui Bantuan Kuota Internet yang khusus untuk pembelajaran daring, selain juga melakukan reformasi regulasi untuk memungkinkan sekolah membayar akses internet melalui Dana BOS yang diberikan.
Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menjalankan proyek yang dikenal sebagai “Palapa Ring”, dengan membangun Base Transceiver Stations (BTS) di seluruh pulau menggunakan serat optik dan teknologi satelit untuk membangun infrastruktur digital yang merata.
Dengan keadaan ini, seluruh pemangku kepentingan pendidikan diharapkan dapat menggunakan EduTech sebagai solusi yang berorientasi lebih permanen. Meskipun diragukan bahwa pendidikan daring akan menjadi solusi sepenuhnya dalam menggantikan ruang kelas luring, sistem pembelajaran kombinasi (hybrid) dapat menjadi solusi.
Sistem daring hybrid akan mengombinasikan pemberian materi ajar digital dengan pertemuan tatap muka melalui kurikulum terintegrasi seperti praktik di negara-negara tetangga, yakni Cina dan India.
Saat ini, kurang dari 20 persen perusahaan EduTech menawarkan solusi hybrid, dan banyak sekolah bahkan belum mempertimbangkan untuk mengadopsi kurikulum hybrid. Dengan seiring meningkatnya pemanfaatan pengajaran berbasis data bagi sekolah untuk memberikan pembelajaran yang dipersonalisasi, dapat diperkirakan jumlah ini akan terus bertambah seiring waktu. Oleh karena industri EduTech berpotensi besar menjadi salah satu sektor yang berkembang pesat di tahun-tahun mendatang. Demokratisasi akses pendidikan menjadi visi yang semakin dekat untuk dicapai!
(Penulis: Gabriella Thohir | Analyst Skystar Capital | Skystar Capital - Pemodal Ventura - membantu akselerasi bisnis rintisan yang berfokus pada pendanaan awal)
Mari terhubung dengan kami di akun resmi Instagram dan Linkedin kami.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.