Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aknolt Kristian Pakpahan
Dosen Univeristas Katolik Parahyangan

Dosen Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Universitas Katolik Parahyangan

Ancaman Krisis Baru Akibat Konflik Rusia Vs Ukraina

Kompas.com - 25/02/2022, 13:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika kita melihat kembali ke belakang, harga minyak mentah jenis brent di pasar internasional pada 1 Desember 2021 adalah 68,87 dollar AS per barel.

Harga ini merangkak naik seiring kebutuhan dunia terutama di negara-negara yang memasuki musim dingin menjadi 77,78 dollar AS per barel di akhir tahun 2021.

Seiring dengan meningkatnya ketegangan di Eropa akibat ancaman invasi Rusia ke Ukraina, harga minyak kembali naik mulai dari 91,41 dollar AS per barel pada 10 Februari 2022 menjadi 101,12 dollar AS per barel pada 25 Februari 2022.

Kenaikan ini tentu harus menjadi perhatian bersama apalagi jika dikaitkan dengan konflik Rusia-Ukraina.

Sanksi ekonomi yang diterapkan oleh negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan sekutunya memang tidak menargetkan ekspor minyak mentah dan gas alam dari Rusia.

Akan tetapi, seiring dengan pembekuan aset-aset Rusia di luar negeri, pembiayaan untuk produksi dan ekspor minyak dan gas alam Rusia ke wilayah Eropa dan negara lain pasti akan terganggu.

Perlu diingat, Rusia adalah pemasok utama minyak dan gas alam untuk Eropa di mana sebagian besar impor minyak dan gas alam Eropa berasal dari Rusia.

Seandainya pasokan minyak dan gas alam Rusia ke Eropa terganggu, akan muncul ancaman besar krisis energi di Eropa, terlebih Eropa masih terus bergulat dengan krisis gas dan listrik sebelumnya.

Penggunaan bahan bakar energi baru dan terbarukan (EBT) belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan energi di Eropa.

Yang dikhawatirkan, naiknya harga minyak saat ini akan berdampak serius pada sektor industri padat energi dan ancaman inflasi.

Sebagian besar mesin-mesin produksi masih mengandalkan minyak sebagai bahan bakar utama walaupun penggunaan energi ramah lingkungan lain (EBT) mulai marak digunakan.

Kenaikan harga minyak ini akan membebani biaya produksi yang pada akhirnya akan menaikkan harga barang-barang dan memunculkan ancaman inflasi.

Ancaman terbesar akan menghantam pada keluarga-keluarga berpenghasilan rendah.

Dunia masih berkutat dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi di banyak negara.

Tidak hanya itu, kenaikan harga minyak dan gas alam tentu akan membebani keuangan tidak saja negara-negara terutama di Eropa dalam memasuki musim dingin, tetapi juga pada level rumah tangga.

Kenaikan harga gas alam dapat meningkatkan tagihan listrik dan pemanas rumah.

Meningkatnya biaya untuk transportasi, listrik, dan panas semuanya akan berkontribusi pada tekanan inflasi.

Bantuan atau subsidi yang diberikan kepada masyarakat Eropa mau tidak mau akan membengkak seiring kenaikan harga minyak dan gas alam akibat terganggunya pasokan ke Eropa.

Walaupun demikian, ada skenario lain yang dianggap bertentangan dengan prediksi di atas. Baik Rusia dan Eropa, keduanya merupakan mitra yang saling mebutuhkan satu sama lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com