Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Melonjak tapi Harga Pertalite Tetap, Pengamat: Bisa Berdampak Positif ke Masyarakat

Kompas.com - 07/03/2022, 19:36 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dipastikan tidak naik selama lima hingga enam bulan ke depan meskipun harga minyak mentah dunia dalam tren melonjak. 

Harga minyak dunia melonjak sebagai dampak invasi Rusia ke Ukraina dan naiknya permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. Harga minyak dunia diperkirakan bisa menembus 120 dollar AS per barel akibat dua faktor tersebut. 

Pengamat energi dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, kebijakan tak menaikkan harga Pertalite merupakan bentuk kepedulian pemerintah dan Pertamina terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. 

Baca juga: Lonjakan Harga Minyak Dunia Bebani APBN, Kenaikan BBM Jadi Solusi?

Sebab, masyarakat pada saat ini masih tertekan akibat kenaikan harga-harga dan kelangkaan beberapa komoditas kebutuhan pokok.

“Saya kira kepedulian dan niat baik Pertamina tersebut sangat positif pada masyarakat,” ujar Komaidi melalui keterangannya, Senin (7/2/2022).

Saat ini harga Pertalite dijual Rp 7.650 per liter, di bawah harga keekonomiannya, Rp 10.000 per liter. 

Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Bisa Tembus 200 Dollar AS, Emas Rp 1,15 Juta Per Gram

Menurut Komaidi, jika kepanikan akibat perang Rusia-Ukraina terus meluas dan masif pada skala dunia, harga minyak dunia akan dengan mudah melampaui level 120 dollar AS per barel hingga 150 dollar AS per barel.

“Tapi prediksi-prediksi ini sulit ditemukan justifikasinya mengingat variabel kepanikan sulit dihitung,” ujar Komaidi.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Tembus 118 Dollar AS Per Barrel, Tertinggi sejak 2013

 

Ada risiko beban APBN di balik kenaikan harga minyak dunia

Indonesia dalam hal ini, lanjut Komaidi, tidak memiliki kemampuan untuk mengintervensi harga minyak dunia, sehingga berapa pun angka yang terbentuk harus tetap diambil. Tentu ada risiko fiskal dan moneter terkait dengan harga jual BBM yang akan menyertai fenomena tersebut. 

Senada, Fahmy Radhi, Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), mengatakan sebagai negara net importer minyak, Indonesia dinilai sangat dirugikan dengan kenaikkan harga minyak dunia hingga di atas 110 dollar AS per barel.

Kenaikan harga minyak tersebut akan sangat memberatkan berban APBN.

“Beban APBN itu untuk memberikan kompensasi pada saat Pertamina menjual BBM di bawah harga keekonomian. Kalau tidak ada kenaikkan harga BBM di dalam negeri beban APBN semakin berat,” kata Fahmi.

Kenaikan harga BBM berpontensi menaikkan inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat. Maka, pada saat harga minyak dunia di atas 100 dollar AS per barel, pemerintah perlu naikkan harga BBM secara selektif, yakni menaikkan harga Pertamax ke atas dan menghapus Premium.

“Namun jangan naikkan harga Pertalite,” kata dia.

Mencermati dampak kenaikan harga minyak dunia

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman sebelumnya mengatakan Pertamina terus mencermati kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak-dampak strategisnya.

Pertamina, kata dia, berupaya menjaga pasokan BBM dan Elpiji nasional, menjamin distribusi komoditas penting tersebut sampai ke seluruh masyarakat Indonesia serta memastikan keberlanjutan ekosistem energi nasional di tengah tantangan harga minyak mentah dunia yang terus melambung.

“Kegiatan operasional Pertamina dari hulu, kilang sampai hilir, tetap berjalan dengan baik untuk menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Fajriyah.

Menurut dia, dengan upaya ini Pertamina memastikan ekosistem migas nasional juga dapat berjalan dengan baik agar terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com