Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tantangan yang Kerap Menghambat Karier Perempuan, Apa Saja?

Kompas.com - 10/03/2022, 08:31 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Para pemimpin perempuan di Indonesia mendorong perusahaan-perusahaan untuk bertransformasi akan tempat bekerja di masa mendatang dengan mengimplementasikan cara-cara baru dalam menarik, membina, dan mempertahankan talenta wanita.

Partner and President Director Kearney Shirley Santoso mengatakan, perempuan terus menjadi pihak yang kurang terwakili di setiap tingkatan dalam perusahaan, terutama pada tingkatan manajerial dan peran kepemimpinan yang kritikal.

Maka dari itu, dia menilai perusahaan perlu untuk menyadari bahwa tempat kerja yang beragam dan inklusif dengan pemimpin perempuan dapat membawa keuntungan tersendiri bagi perusahaan.

Baca juga: Tingkat Pengangguran Perempuan di Indonesia Saat Pandemi Masuk Level Tertendah

“Pekerja wanita, khususnya, dapat turut memberikan pandangan yang berbeda dan menyelesaikan masalah melalui berbagai cara, sehingga dapat meningkatkan cara perusahaan-perusahaan menjalankan bisnis dan mendorong pertumbuhan,” kata Shirley dalam acara diskusi “Transformasi Masa Depan Pekerjaan untuk Perempuan” secara virtual, Rabu (9/3/2022).

Survei Kearney kepada 200 tenaga profesional perempuan dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura mengenai tantangan berpartisipasi dalam program pengembangan kemampuan kepemimpinan, diperoleh 28 persen responden mengatakan, walaupun perusahaan memberikan program pengembangan kepemimpinan, namun sangat minimal kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah mereka pelajari.

Sebanyak 27 persen dari mereka merasa sulit untuk meluangkan waktu antara beban tanggung jawab pekerjaan dan urusan domestik. 22 persen mengatakan, perusahaannya tidak melibatkan mereka dalam memutuskan program pelatihan kepemimpinan yang paling cocok yang sesuai dengan kebutuhan mereka, terutama sebagai seorang perempuan.

Dalam survei Kearney, talenta perempuan di atas 30 tahun (30 persen) dan dibawah 30 tahun (24 persen) lebih menyukai perusahaan yang menawarkan tatanan kerja yang fleksibel.

Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Ini Tiga Kisah Womanpreneur Kembangkan Usaha melalui E-Commerce

Shinta Kamdani, CEO of SINTESA Group, Wakil Ketua Koordinator KADIN, dan Ketua Presidensi B20 2022 mengungkapkan, apabila sebuah perusahaan telah berhasil merekrut talenta wanita terbaik, tantangan berikutnya adalah untuk mempertahankan talenta tersebut di tempat kerja.

Meskipun ‘The Great Resignation’ terjadi pada semua kelompok umur dan tingkatan kerja, namun dampaknya lebih nyata kepada tenaga profesional perempuan yang terus berjuang menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan domestik.

“Seharusnya, seorang wanita tidak perlu memilih antara passion berkarier dan kehidupan domestik. Jalur menuju peran kepemimpinan bagi tenaga profesional wanita sangat mungkin untuk direalisasikan tanpa harus mengorbankan kehidupan pribadinya; selama organisasi menggunakan pendekatan yang empatik dan mempunyai sikap terbuka untuk berdiskusi dan berkolaborasi,” ucap Shinta.

Fenomena global “The Great Resination” telah memperlihatkan adanya rekor tertinggi atas kekurangan pegawai karena masyarakat mengevaluasi kembali prioritasnya di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Indeks Tren Kerja 2021 oleh Microsoft, lebih dari 40 persen tenaga kerja global, di antaranya adalah tenaga profesional wanita, telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja pada tahun 2021. Lebih dari itu, banyak perusahaan terus menghadapi kurangnya tenaga kerja terampil pada masa perombakan kerja terbesar dalam sejarah modern ini.

Berdasarkan survei Kearney, tidak adanya kesempatan dalam pengembangan karier adalah alasan utama para talenta wanita dari berbagai usia akan meninggalkan perusahaan.

Talenta perempuan yang berusia antara 30 hingga 59 tahun mengatakan, kompensasi finansial yang tidak memadai adalah alasan kedua untuk meninggalkan perusahaan. Untuk para talenta wanita di bawah 30 tahun, kurangnya ketertarikan pada perusahaan adalah alasan kedua untuk meninggalkan perusahaan.

Baca juga: Perempuan Indonesia, Ini 4 Cara Eksplorasi Potensi Diri lewat Medsos

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com