Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPS Sebut Perang Rusia-Ukraina Tak Berpengaruh Signifikan ke Neraca Perdagangan

Kompas.com - 15/03/2022, 15:06 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, dampak perang antara Rusia dengan Ukraina tidak terlalu berpengaruh kepada kinerja neraca perdagangan Indonesia. Pasalnya, ekspor dan impor dengan dua negara tersebut cukup mini.

"Kita lihat share-nya terhadap total ekspor impor, tidak terlalu besar dengan dua negara tersebut," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).

Margo menuturkan, pangsa ekspor Indonesia dengan Rusia sepanjang tahun 2021 hanya 0,65 persen, dan selama Januari-Februari 2022 hanya 0,84 persen.

Begitu juga dengan pangsa impor sepanjang tahun 2021 hanya 0,64 persen dan share impor pada dua bulan terakhir hanya 1 persen.

Baca juga: Kebijakan DMO dan HET Dinilai Tidak Efektif Atasi Kenaikan Harga Minyak Goreng

"Selama tahun 2021 kita masih surplus dengan Rusia sebesar 239,8 juta dollar AS. Tapi kalau dilihat pada 2 bulan terakhir dengan Rusia defisit sebesar 15,0 juta dollar AS," sebut Margo.

Sementara dengan Ukraina, pangsa ekspor mencapai 0,18 persen sepanjang 2021 dan 0,07 persen pada tahun 2022.

"Impor kita hanya 0,53 persen pada tahun 2021 dan hanya 0,10 persen pada Januari-Februari 2022. Jadi kita memperlihatkan bagaimana hubungan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina," ucap Margo.

Baca juga: Luhut Ingatkan CPNS Jangan Memanfaatkan Jabatan untuk Keuntungan Pribadi

Cari negara lain buat penuhi kebutuhan

Meski memiliki pangsa ekspor-impor yang relatif kecil, komoditas besi dan baja serta serealia Indonesia masih banyak disuplai oleh dua negara tersebut.

Pada komoditas besi baja misalnya, pangsa impor besi baja dari Rusia sepanjang tahun 2021 mencapai 3,74 persen atau 447 juta dollar AS.

Rusia menjadi pengimpor besi baja terbesar ke-7 untuk Indonesia. Selama tahun 2022, impor besi baja dari Rusia mencapai 5,75 persen atau 135 juta dollar AS.

Sementara untuk serealia, Ukraina menjadi negara pengimpor serealia kedua terbesar dengan Indonesia setelah Australia. Nilainya mencapai 946,5 juta dollar AS dengan pangsa sebesar 23,23 persen. Adapun impor dengan Australia mencapai 1,47 miliar dollar AS dengan share 36,25 persen.

Baca juga: GoTo Segera IPO, Driver Gojek Bakal Kebagian Saham

"Kalau ada ketegangan masih berlangsung, maka kita bisa lihat atau bisa impor dari negara lain untuk pemenuhan suplai domestik kalau dengan Rusia kita terganggu impornya," jelas Margo.

Di sisi lain, impor besi baja RI lebih banyak didominasi oleh China yang mencapai 22,95 persen atau senilai 2,74 miliar dollar AS. Diikuti oleh Jepang sebesar 17,23 persen atau setara dengan 2,06 miliar dollar AS, dan Afrika Selatan sebesar 12,26 persen atau setara dengan 1,46 miliar dollar AS.

Sepanjang tahun 2022, impor serealia dari Ukraina juga menyusut signifikan, usai Rusia mengumumkan operasi militer di negara itu pada tanggal 24 Februari 2022.

Pangsa impor serealia terbesar RI pada tahun 2022 adalah Australia mencapai 261,8 juta dollar AS, diikuti oleh Brazil sebesar 152,2 juta dollar AS, dan Argentina sebesar 137,5 juta dollar AS.

Impor dari Ukraina menyusut hanya 15,7 juta dollar AS dengan share 2,16 persen. Posisi Ukraina sebagai pengimpor gandum untuk Indonesia pun turun menjadi peringkat ke-7.

"Maka dengan cara yang sama saya bisa sampaikan, kalau misalkan impor serealia dari Ukraina terganggu, kita bisa meningkatkan impor dari negara lain supaya suplai domestik yang berupa serelia tidak terganggu sehingga ekonomi domestik atau Indonesia bisa terus berjalan," kata Margo.

Baca juga: Neraca Perdagangan RI Surplus 22 Bulan Berturut-turut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com