JAKARTA, KOMPAS.com - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Februari 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, surplus neraca perdagangan mencapai 3,83 miliar dollar AS.
Surplus neraca perdagangan terjadi lantaran nilai ekspor masih lebih besar ketimbang nilai impor. Tercatat sepanjang Februari 2022, ekspor mencapai 20,46 miliar dollar AS atau naik 34,14 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Sementara itu, nilai Impor Februari 2022 sebesar 16,64 miliar dollar AS. Dengan begitu, neraca dagang RI mengalami surplus 22 bulan berturut-turut.
"Berdasarkan data ekspor impor terjadi surplus 3,83 miliar dollar AS di bulan Februari 2022. Trennya terjadi (selama) 22 bulan terakhir secara beruntun Indonesia mengalami surplus," kata Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).
Baca juga: GoTo IPO di Indonesia, Boy Thohir: Bukti Perusahaan Ingin Bertumbuh Bersama Indonesia
Margo mengungkapkan, komoditas penyumbang surplus terbesar selama Februari 2022 adalah lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).
Ada tiga negara penyumbang surplus terbesar, yakni AS, Filipina, dan India. Dengan AS misalnya, Indonesia masih mengalami surplus mencapai 1,86 miliar dollar AS.
"Sekali lagi harapan kita, tren ini terus terjaga sehingga pemulihan ekonomi bisa berlangsung cukup cepat," harap Margo.
Dengan AS, ditopang oleh komoditas pakaian dan aksesories rajutan serta komoditas pakaian dan aksesories bukan rajutan. Selain AS, RI juga mengalami surplus dengan Filipina dan India.
"Komoditas yang mengalami surplus dengan India adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati. Terakhir, komoditas yang surplus dengan Filipina adalah bahan bakar mineral, serta kendaraan dan bagiannya," ucap Margo.
Baca juga: Profil Grace Tahir, Ayahnya Orang Terkaya RI Pendiri Mayapada Group, Ibu dari Keluarga Lippo Group
Kendati demikian, RI masih mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, salah satunya China. Defisit neraca perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu itu mencapai 909,4 juta dollar AS.
Komoditas dominan penyumbang defisit yakni mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85).
Indonesia juga mengalami defisit dengan Thailand dan Australia. Dengan Thailand, neraca perdagangan defisit sekitar 539,8 juta dollar AS. Komoditas penyumbang defisit dengan negara ini adalah gula dan kembang gula (HS 17).
Sedangkan defisit dengan Australia mencapai 403,6 juta dollar AS, dengan komoditasnya berupa serelia (HS 10) dan bahan bakar mineral (HS 27)
Baca juga: Kemenhub Siapkan Tempat Tidur Gratis untuk Penonton MotoGP Mandalika
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.