JAKARTA, KOMPAS.com - Tren kenaikkan indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir akan menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) dalam menentukan arah kebijakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Sebagaimana diketahui, bank sentral di berbagai negara telah menyesuaikan suku bunga acuannya, guna mengendalikan lonjakan inflasi yang terjadi.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda memproyeksikan, pada gelaran Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2022, BI akhirnya akan menaikkan suku bunga acuan dari level terendahnya, 3,5 persen.
Baca juga: Merespons The Fed, BI Diproyeksi Bakal Naikkan Suku Bunga 0,25 Persen
Pasalnya, inflasi nasional terus merangkak naik, bahkan pada April kemarin secara bulanan inflasi mencapai level tertinggi sejak Januari 2017, yakni 0,95 persen.
"Saya memperkirakan Bank Indonesia akan mencoba menaikkan suku bunga acuan di bulan ini, mengingat inflasi juga sudah meningkat," ujar dia, kepada Kompas.com, Senin (23/5/2022).
Lebih lanjut, Ia bilang BI memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan BI7DRR sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen.
"Dan itu kenaikkan yang cukup masuk akal saat ini," katanya.
Langkah BI menaikkan suku bunga acuan diyakini mampu menahan laju inflasi sekaligus menjadi sentimen positif bagi kurs rupiah.
Berbeda dengan Huda, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky memproyeksi, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuannya.
Baca juga: Dilema Negara Hadapi Ketidakpastian Global, Kendalikan Inflasi atau Jaga Momentum Pemulihan Ekonomi
Menurutnya, meskipun inflasi terus merangkak naik, komponen inflasi initi masih relatif terjaga.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.