Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Literasi Keuangan Digital Masyarakat Masih Terbatas

Kompas.com - 30/05/2022, 17:15 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Literasi keuangan harus terus digenjot supaya penetrasinya makin dalam masuk di tengah-tengah masyarakat. Salah satu cara yang banyak digunakan institusi keuangan belakangan adalah dengan pendekatan digital.

Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Viviana Dyah Ayu Retno K mengatakan penetrasi untuk layanan dan produk keuangan masih sangat lambat. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dari masyarakat umum yang terbatas.

"Ini sudah divalidasi oleh penelitian kami. Oleh karena itu kami telah memberdayakan seluruh petugas pinjaman mikro kami untuk mendampingi nasabah supaya mereka lebih paham secara digital dan mereka tidak ragu-ragu menggunakan ponsel pintar mereka," kata dia dalam acara Indonesia Financial Group (IFG) International Conference 2022 pada hari Senin (30/5/2022).

Baca juga: Ditopang Segmen Industri, Kredit Bank Mandiri Melesat 12,2 Persen

Ia menyampaikan, sebenarnya masyarakat cukup paham dengan penggunaan perangkat digital, tetapi masih terbatas pada penggunaan media sosial saja. Sedangkan, untuk transaksi keuangan masyarakat masih belum mahir.

"Makanya mereka membutuhkan orang yang mereka kenal dan percaya untuk menjadi mitra mereka berkaitan dengan melakukan transaksi keuangan. Makanya kami memperkenalkan peran dari penasihat digital kami," imbuh dia.

Viviana melanjutkan, penasihat digital BRI bertugas membantu nasabah untuk dapat mengakses pinjaman mikro secara digital.

Namun demikian, ia memaparkan sebelum menentukan strategi digital yang akan dilakukan kepada nasabah, setiap institusi keuangan perlu untuk melihat profil nasabahnya terlebih dahulu.

Institusi perbankan atau keuangan lainnya akan lebih mudah menawarkan layanan digital di area urban. Hal ini karena di sana lebih banyak masyarakat yang mahir secara digital. Dengan mengetahui hal ini, institusi keuangan akan lebih mudah menyusun strategi ke arah digital.

Ia menjelaskan BRI harus menemukan pendekatan yang lain. Sebab banyak nasabah yang masih belum mahir secara digital.

"Kami tidak hanya menargetkan generasi muda, karena kami masih mamiliki generasi X, baby boomer, dan saya rasa segmen ini masih memainkan peranan yang sangat penting kalau kita bicara tentang ekonomi digital," ungkap dia.

Baca juga: 3 Cara Cek Rute dan Jadwal Baru KRL Jabodetabek

Sementara itu, Mobile for Development (M4D) Director for the APAC region GSMA Rahul Shah menceritakan, belakangan banyak aplikasi investasi yang muncul di tengah masyarakat.

Ia membeberkan, banyak platform tersebut menyarankan anak muda untuk berinvestasi di pasar modal atau cryptocurrency.

"Saya lihat mereka (anak muda) percaya. Saya melihat literasi keuangan ini berbeda. Kita harus memperingatkan orang-orang dari bahaya investasi yang tidak mereka pahami," kata dia.

Ia berpendapat, kampanye literasi keuangan merupakan suatu hal yang holistik. Sedangkan literasi, menurut dia adalah suatu hal yang sulit diterapkan.

Dalam mengajak seseorang untuk melek literasi keuangan, ia bilang harus ada yang dapat menjamin keamanan masyarakat di dunia maya.

"Masyarakat harus tau apa manfaatnya dan mereka harus merasa aman," kata dia.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Penyebab Minimnya Dana Pensiun di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com