Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penipuan Bermodus Media Sosial Palsu Perbankan Marak, Apa yang Perlu Dilakukan Nasabah?

Kompas.com - 14/06/2022, 08:09 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktik penipuan yang menyasar nasabah perbankan semakin beragam modusnya. Hal ini seiring dengan percepatan adopsi teknologi informasi.

Salah satu jenis penipuan yang marak terjadi pada industri perbankan ialah penipuan bermodus akun media sosial palsu. Penipu mengincar data pribadi dan uang nasabah dengan cara berpura-pura sebagai pihak resmi perbankan.

Belakangan ini, praktik tersebut ramai dibicarakan setelah ditemukan adanya unggahan palsu yang menawarkan nasabah perbankan untuk menjadi nasabah prioritas.

Baca juga: Viral Iklan Upgrade BCA Prioritas Rp 10 Juta, BCA: Sudah Pasti Itu Penipuan!

Beberapa waktu lalu, sebuah unggahan warganet yang mengaku adiknya terkena penipuan sebesar Rp 118 juta karena mengeklik iklan di Instagram tentang syarat upgrade BCA prioritas ramai dibicarakan di Twitter.

"Temen temen info ya ketemen temennya, kalau ada iklan ini jangan di klik. Adek gw kena 118jt cuma dalam kurang 30 menit aja, Dear @BankBCA ini menggunakan alamat dan nama kalian loh, bukannya untuk mobile banking ada limit harian?" tulis pemilik akun Twitter @achietmokoginta.

Dalam tangkapan layar yang dibagikan, tertera sebuah iklan di media sosial Instagram yang dibagikan oleh akun @bankbcalayanan.id yang menyebutkan syarat upgrade BCA prioritas.

Apabila korban mengeklik iklan tersebut maka akan diarahkan ke pesan WhatsApp dengan nomor +61872006998. Nomor tersebut mengatasnamakan Bank BCA, alamat kantornya pun alamat Bank BCA.

Merespons hal tersebut, PT Bank Central Asia Tbk atau BCA memastikan bahwa unggahan tersebut tidak dikeluarkan oleh perseroan dan merupakan penipuan yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

"Kami tegaskan, itu bukan program resmi BCA," ujar Direktur BCA, Haryanto T Budiman.

Iming-iming korban dengan nominal tabungan rendah

Dalam praktiknya, pelaku penipuan mengiming-imingi calon korban dengan nilai saldo mengendap yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan resmi bank.

Sebagaimana yang disebutkan dalam unggahan palsu disebutkan, nasabah dapat bergabung ke dalam keanggotaan BCA Prioritas hanya dengan saldo minimal Rp 10 juta.

Nilai tersebut jauh lebih rendah dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh BCA, di mana untuk menjadi anggota BCA Prioritas nasabah perlu memiliki saldo mengendap paling tidak sebesar Rp 500 juta.

"Terus terang saja, kami di BCA tidak pernah dan belum memikirkan untuk melakukan program upgrade seperti itu," ujar Haryanto.

"Apa yang di-post di Instagram sesuatu yang dilakukan pihak-pihak tidak bertanggung jawab," tambah dia.

Selain itu, EVP Individual Customer Business Development BCA Adrianus Wagimin menegaskan, nominal dana tabungan yang dimiliki nasabah bukan menjadi satu-satunya persyaratan untuk menjadi anggota BCA Prioritas.

"Menjadi nasabah BCA Prioritas itu enggak serta-merta memiliki dana sekian ratus juta langsung jadi nasabah prioritas," kata dia.

Ia menjelaskan, pihaknya bersama dengan kantor cabang terkait akan melakukan asesmen terlebih dahulu terhadap transaksi yang dilakukan nasabah dengan jumlah tabungan yang sesuai dengan persyaratan keanggotaan BCA Prioritas.

Hal itu dilakukan untuk menciptakan ekslusivitas dalam menjadi anggota BCA Prioritas, yang menawarkan berbagai keunggulan bagi anggotanya.

"Menjadi membership menjadi suatu tanggung jawab BCA untuk memberikan layanan yang positif dan bagus," kata dia.

Bukan hanya BCA, modus kejahatan dengan iming-iming upgrade menjadi nasabah prioritas juga menyasar nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.

Tidak jauh berbeda dengan unggahan palsu yang mengatasnamakan BCA, sebuah unggahan palsu yang mengaku sebagai manajemen BRI juga beredar di platform Instagram.

Dalam unggahan palsu itu, pelaku juga mengiming-imingi calon korban dengan nilai nominal saldo mengendap yang lebih rendah dari ketentuan berlaku untuk menjadi nasabah BRI Prioritas, yakni sebesar Rp 10 juta.

"Hal tersebut dipastikan tidak benar," ujar Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto.

Keanggotaan BRI Prioritas hanya bisa didapat nasabah dengan memenuhi sejumlah persyaratan, salah satunya ialah dana mengendap minimal Rp 500 juta.

Apa yang harus dilakukan nasabah?

Untuk dapat terhindar dari praktik penipuan social engineering itu, nasabah diminta oleh perbankan untuk lebih berhati-hati terhadap data pribadi yang dimilikinya.

Aestika bilang, nasabah diminta tidak menginformasikan data pribadi dan data perbankan kepada orang lain atau pihak yang mengatasnamakan BRI.

"Termasuk memberikan informasi data pribadi ataupun data perbankan (nomor rekening, nomor kartu, PIN, user, password, OTP, dan sebagainya) melalui saluran, tautan, atau situs web dengan sumber tidak resmi dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," tutur dia.

Sementara itu, Adrianus bilang, sebenarnya terdapat sejumlah informasi yang harus diingat oleh nasabah agar dapat terhindar dari ancaman modus penipuan.

Pertama, nomor telepon Halo BCA adalah 1500888 tanpa awalan 021, +62, dan sebagainya, serta nomor resmi WhatsApp bank BCA itu adalah 08111500998 dengan centang hijau.

“Selain itu, nasabah harus waspada itu penipuan,” kata Adrianus.

Kedua, akun resmi Instagram BCA hanya @GoodlifeBCA. Cek semua akun resmi media sosial BCA pada https://www.bca.co.id/en/tentang-bca/media-riset/Social-Media.

Ketiga, situs web resmi BCA adalah www.bca.co.id dan situs web BCA Solitaire dan Prioritas adalah https://prioritas.bca.co.id/ serta aplikasi BYC Apps.

Keempat, keanggotaan BCA Solitaire dan Prioritas hanya bisa didapatkan melalui syarat dan ketentuan tertentu dan undangan dari pihak BCA secara langsung melalui surat resmi kepada nasabah.

"Jika Anda telah menjadi korban penipuan, silakan laporkan ke Halo BCA di 1500888 atau lewat Aplikasi HaloBCA," ujarnya.

Baca juga: BCA: Kami Tidak Punya Program Penawaran Upgrade Nasabah Prioritas

Penguatan keamanan siber perbankan

Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi ancaman kejahatan siber yang semakin beragam bentuknya, penguatan keamanan siber akan menjadi salah satu fokus BCA pada tahun ini.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication Bank BCA Hera F Haryn mengatakan, pada tahun ini perseroan menganggarkan Rp 500 miliar untuk penguatan keamanan siber.

Nilai tersebut setara dengan 10 persen dari total anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) teknologi informasi BCA tahun 2022 sebesar Rp 5 triliun.

Capex mayoritas dialokasikan untuk IT, khusus untuk cyber security saja Rp 500 miliar,” ujar dia.

Menurut dia, alokasi anggaran tersebut sudah sesuai dengan kajian yang dilakukan perseroan.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI juga akan fokus mengimplementasikan berbagai langkah untuk melindungi nasabahya dari kejahatan siber.

Direktur IT dan Operasi BNI YB Hariantono mengatakan, dalam menjaga dan melindungi data nasabah, perusahaan berfokus pada dua area.

Pertama, penguatan di internal sehingga nasabah dapat melakukan transaksi digital dengan aman dan nyaman melalui aplikasi.

Bank pelat merah itu terus meningkatkan infrastruktur, teknologi, dan proses sehingga transaksi diharapkan semakin aman, khususnya dalam menghadapi serangan dari luar.

Baca juga: BCA Bakal Kembalikan 100 Persen Dana Nasabah yang Jadi Korban Kejahatan Siber, Asalkan...

Kedua, adalah meningkatkan dan membangun kesadaran masyarakat agar mereka terhindar dari social engineering dan penipuan-penipuan dengan mengatasnamakan perbankan.

“Kami membuat program-program awareness yang berkelanjutan dan rutin kepada nasabah. Ini bisa dilakukan oleh perbankan sendiri, atau bersama-sama dengan industri dan regulator,” kata Hariantono.

Selain itu, Hariantono menambahkan, BNI juga terus berinvestasi dalam penguatan teknologi informasi.

Dari belanja modal yang disiapkan untuk pengembangan teknologi informasi tersebut, alokasi dana yang disalurkan untuk peningkatan keamanan siber cukup besar.

"Dana tersebut digunakan untuk peningkatan infrastruktur, perangkat lunak, dan kepatuhan untuk keamanan siber yang lebih kuat," ujar Hariantono.

Baca juga: Soal Biaya Administrasi ATM Jadi Rp 150.000, BRI: Hoaks!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com