Oleh: Zen Wisa Sartre dan Fandhi Gautama
KOMPAS.com - Sekarang, investasi tidak lagi hanya berkaitan dengan orangtua. Kawula muda mulai sadar pentingnya investasi. Terlebih, ketika Elon Musk menggembar-gemborkan Dogecoin yang to the moon. Namun, bukan berarti investasi merupakan jalan pintas menuju kekayaan.
Dikutip dari laman ojk.go.id, investasi adalah penanaman modal untuk mendapat keuntungan. Investasi bisa dilakukan dalam bentuk sekuritas, properti, atau mata uang asing.
Meskipun terdengar mudah, kita harus berhati-hati. Tidak boleh asal-asalan dalam melakukannya. Tidak bisa dimungkiri bahwa ketakutan investasi adalah kerugian, terlebih dalam jumlah besar.
Apalagi kalau kita baru memasuki dunia investasi. Sebagai pemula, kita bisa menghindari ketakutan dengan memiliki pengetahuan dasar investasi. Karena investasi tanpa memiliki pengetahuan sama saja dengan memberikan uang cuma-cuma.
Tanpa pengetahuan kita dapat terkecoh oleh strategi atau langkah yang belum tentu benar.
Lantas, pengetahuan dasar apa yang harus diketahui sebelum berinvestasi?
Pertanyaan itu dijawab sekaligus dipaparkan oleh Tung Desem Waringin, motivator dan pakar marketing ternama, dalam episode siniar Smart Inspiration edisi Business yang bertajuk “Paham Siklus Ekonomi Kunci Sukses Investasi” di Spotify.
Seperti yang telah diterangkan oleh Tung, antisipasi dan alokasi aset merupakan elemen penting dalam investasi. Antisipasi dapat mencegah kita dari kepanikan ketika grafiknya turun. Dari situ, kita dapat mengambil keputusan yang tepat.
Investasi dengan wacana “keuntungan cepat” yang ternyata investasi bodong, misalnya. Hal itu bisa diantisipasi dengan mengetahui latar belakang perusahaan yang dituju.
Baca juga: 5 Hal Penting Perusahaan Startup Perlu Perhatikan
Sebagai contoh, apabila kita menanam modal pada suatu perusahaan, kita harus mengetahui profil, produk yang dijual, dan laporan keuangannya.
Hal yang tak kalah penting, kita juga harus mengantisipasi siklus ekonomi. Sebut saja peristiwa krisis moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan nilai mata uang rupiah anjlok, sementara dolar dan emas meningkat.
Tung memaparkan ia berhasil bertahan dari krisis moneter tersebut karena melakukan alokasi aset. Menurutnya, alokasi aset penting dilakukan agar dapat mengantisipasi kerugian.
Dikutip dari Investopedia, alokasi aset merupakan strategi investor untuk mencapai keuntungan dengan berdasarkan profil risiko dan tujuannya.
Selain itu, investor perlu memiliki kejujuran dan mengetahui kemampuan dirinya. Artinya, kita tidak boleh serakah dan mengambil keputusan tanpa pikir panjang.
Misalnya saja, investor konservatif yang memiliki tujuan jangka panjang akan memilih aset kas dengan risiko kerugian dan hasil paling rendah..
Sementara investor moderat yang siap menerima risiko terhadap dana akan memilih aset obligasi yang risiko dan pendapatannya cukup imbang. Terakhir, investor agresif akan memilih aset saham yang dapat memaksimalkan nilai portofolio, tetapi dibarengi dengan risiko kerugian yang tinggi.
Dengan alokasi aset, kita juga dapat menghindari kegagalan total apabila salah satu aset investasi mengalami kerugian.
Namun, investasi dan alokasi aset tidak hanya dilakukan dalam bentuk kas, obligasi, dan saham saja. Ada banyak aset atau instrumen yang dapat dipilih. Layaknya yang diungkapkan Tung bahwa kita juga dapat melakukan investasi dengan berutang.
Utang di sini bukan sebatas meminjam uang. Utang dimanfaatkan untuk menciptakan cash flow. Itulah sebabnya, Tung mendefinisikan utang dimanfaatkan sejak dini agar bisa memberi kita keuntungan.
Utang tak selalu berkonotasi negatif. Utang yang dijelaskan Tung termasuk ke dalam utang positif, yaitu dapat dimanfaatkan untuk membeli barang atau menciptakan usaha yang nilainya meningkat di masa depan.
Baca juga: Pentingnya Portofolio dalam Investasi Saham
Dalam pemanfaatannya kita harus berhati-hati. Akan ada kecenderungan untuk membeli barang-barang yang sifatnya konsumtif.
Kita harus bisa membedakan antara utang konsumtif dan produktif. Jangan jatuh kepada kesenangan sesaat, lalu menyebabkan masalah. Ingatlah barang konsumtif cenderung memiliki nilai yang menurun di masa depan, sementara barang produktif dapat memberikan keuntungan.
Seperti yang disebutkan di awal, kita harus memiliki kejujuran dan mengetahui kemampuan diri. Begitu juga dengan utang. Apabila kita belum siap dengan utang yang dimiliki, maka lebih baik jangan coba-coba.
Hal ini justru akan melencengkan tujuan investasi karena pemanfaatan utang produktif tidak akan terealisasi.
Setelah mengetahui kemampuan diri, kita dapat membuat tujuan dan rencana keuangan. Tujuan menjadi dasar untuk menentukan nilai usaha, bagaimana menjalankannya, dan landasan rencana keuangan.
Jangan merintis usaha tanpa tujuan yang jelas, apalagi dengan utang yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Jika nekat melakukannya, kita justru bisa terjebak pada utang itu.
Baca juga: 3 Alasan Bisnis Sulit Berkembang
Dengan kemudahan akses dan keterbukaan informasi, seharusnya investasi bukan lagi sesuatu yang ditakutkan. Investasi dapat menjadi kesempatan untuk mencapai kestabilan dan tujuan finansial.
Masih banyak informasi perihal investasi dari Tung Desem Waringin. Simak obrolan lengkapnya dalam siniar Smart Inspiration bertajuk “Paham Siklus Ekonomi Kunci Sukses Investasi” di Spotify.
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya. Akses sekarang juga melalui tautan https://dik.si/cuan_pahami.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.