AMSTERDAM, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan pihaknya sedang mengupayakan produksi gula menjadi bioetanol sebagai alternatif bahan bakar minyak (BBM).
"Kira mengimpor BBM dengan kualitas yang kurang bagus, tetapi dicampur dengan etanol, RON 30 itu menjadi BBM yang kita bisa pergunakan untuk apa pun," kata Erick dalam kunjungan kerja di Belanda, Sabtu (3/9/2022).
Ia membandingkan negara-negara lain yang sudah memanfaatkan teknologi ini.
"Kalau kita lihat, Thailand saja sudah memproduksi bioetanol ini sampai 12 persen, di India sampai 10 persen, kenapa kita tidak bisa, ini yang kita coba lakukan," kata Erick.
Apalagi, setelah kenaikan harga BBM, pemerintah sedang berusaha mengalihkan kebutuhan BBM dengan bahan bakar alternatif. Seperti biosolar yang berasal dari sawit.
Namun, Erick menyebut BBM tetap akan diperlukan meskipun program kendaraan listrik, B40, hingga bio avtur berjalan optimal. Dia menilai penggunaan BBM tak terbatas pada kendaraan, melainkan juga untuk menopang kebutuhan petrokimia.
Baca juga: Jokowi Sindir Pertamina yang Hanya Berikan Rp 8 Miliar untuk Bantu Riset Bioetanol
"Bahan baku petrokimia itu salah satunya dari CPO yang diturunkan menjadi plastik, baju, dan obat-obatan artinya ke depan yang namanya kita mengimpor BBM bukan tidak mungkin terus meningkat kalau tidak ada perbaikan ekosistem," ungkap dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai dari Pertalite, Solar, dan Pertamax. Harga terbaru BBM bersubsidi dan non-subsidi itu mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30.
Penyesuaian harga BBM terbaru yakni sebagai berikut:
Wacana kenaikan harga BBM bersubsidi mencuat dalam beberapa waktu terakhir seiring membengkaknya nilai subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, anggaran subsidi dan kompensasi energi akan kembali membengkak sebesar Rp 198 triliun, jika tidak ada kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar.
Baca juga: Pasokan Gas Rusia Terhenti, Krisis Energi Eropa Semakin Nyata
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.