Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Digital RI 2030 "Diramal" Capai Rp 4.531 Triliun, Jokowi: Ada Peluang Besar Pengembangan "Startup" Pangan

Kompas.com - 26/09/2022, 16:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan ada peluang dan tantangan yang cukup besar dalam mengembangkan startup (perusahaan rintisan digital), utamanya startup pangan. Hal ini mengingat potensi ekonomi digital Indonesia yang diperkirakan akan bertumbuh pesat, dan menjadi tertinggi di Asia Tenggara di tahun 2030.

Jokowi menilai, ekonomi digital Indonesia akan melonjak 8 kali lipat dari tahun 2020 ke 2030, dari Rp 632 miliar triliun, menjadi Rp 4.531 triliun. Menurut dia, hal ini bisa menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi generasi muda yang juga memainkan peranan penting dalam penggunaan internet.

“Ada peluang yang besar yang bisa dilakukan, karena potensi ekonomi digital kita semakin tumbuh pesat. Pengguna internet di Indonesia juga sudah mencapai 77 persen, dimana penggunaannya 8 jam 36 menit setiap harinya. Jadi besar sekali potensinya,” kata Jokowi dalam pembukaan BUMN Startup Day di ICE BSD, Senin (26/9/2022).

Baca juga: Jokowi Resmikan BUMN Startup Day, Kolaborasi Baru untuk Pacu Ekonomi Digital RI

Pengembangan startup pangan

Peluang ekonomi digital ini juga sangat erat kaitannya dengan pengembangan startup. Menurutnya, pengembangan startup di Indonesia merupakan yang tertinggi ke-6 di dunia. Pertama ada Amerika Serikat, India, lalu Inggris, Canada, Australia, dan posisi ke-6 ada Indonesia.

Jokowi mengatakan, dalam pengembangan startup, sektor financial technology atau fintech mendominasi yakni 23 persen. Dilanjutkan oleh retail 14 persen, logistik 8 persen, e-commerce 6 persen, healthcare dan media masing-masing 5 persen, agrikultur 4 persen, dan manufaktur 2 persen.

“Ini potensi yang besar yang harus dikembangkan. Kalau kita liat masalah krisis pangan, urusan pangan kedepannya akan jadi persoalan yang harus dipecahkan oleh teknologi, dan itu adalah kesempatan,” lanjut dia.

Baca juga: Jokowi Ungkap Penyebab 90 Persen Startup Gagal Berkembang

Jokowi merinci, di sektor agrikultur yang porsinya hanya 4 persen bisa dijadikan peluang bagi insan muda dalam mengembangkan startup. Dia bilang, dalam urusan pangan, tidak hanya melulu soal beras, ada sayur yang banyak jenisnya. Ada juga sorgum, porang, casava, sagu dan lainnya.

“Hati-hati ini ada kesempatan besar di situ. Dalam urusan pangan, ada produksi, distribusi, dan pasar. Ini menjadi peluang besar, mulai dari petani, nelayan, hingga (produk agrikultur) sampai ke dapur,” tambah dia.

Baca juga: Jokowi Sebut Tahun 2023 Akan Lebih Gelap akibat Perang Rusia-Ukraina

Alasan startup gagal

Namun, Jokowi mengingatkan, dalam membangun startup tentunya harus melihat kebutuhan pasar serta akses permodalan.

Ia menekankan fungsi capital venture dan BUMN untuk mendukung permodalan starup agar terdampingi dengan baik.

“80 persen hingga 90 persen startup itu gagal saat merintis, karena tidak melihat kebutuhan pasar yang ada. Jadi berangkatnya harus dari kebutuhan pasar, dan kedua, soal pendanaan. Ini fungsinya capital ventures dan BUMN agar ekosistem besar yang ingin kita sambung bisa saling sambung dengan baik, dan tidak gagal masuk ke pasar,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com