Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi September Tertinggi sejak 2014, Ekonom Sebut Bukan Skenario Terburuk

Kompas.com - 04/10/2022, 13:37 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada September 2022 sebesar 1,17 persen secara bulanan (month to month/mtm). Laju inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014.

Meski demikian, pengamat menilai laju inflasi sepanjang bulan lalu masih tergolong skenario yang baik, sebab realisasi inflasi bahkan lebih terkendali dari perkiraan konsesus pasar.

Direktur Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) masih cukup terkendali sehingga laju inflasi tidak masuk dalam skenario terburuk.

"Memang ada kenaikan (inflasi), tetapi bukan skenario terburuk," ujarnya kepada Kompas.com dikutip Selasa (4/10/2022).

Baca juga: Inflasi Terus Meningkat, Mendagri: Memang Sudah Diprediksi...

Adapun dengan tingkat inflasi 1,17 persen (mtm), BPS mencatat laju inflasi sepanjang Januari-September 2022 mencapai 4,84 persen (year to date/ytd). Piter bilang, dengan tingkat inflasi tahun berjalan itu, maka diperkirakan inflasi keseluruhan tahun 2022 akan dikisaran 5,75 persen-6,5 persen.

"Inflasi 2022 diperkirakan tidak akan mencapai 8 persen sebagaimana dikhawatirkan sebagai skenario terburuk. Inflasi masih mungkin dijaga di kisaran 5,75 persen-6,25 persen. Kalaupun lebih tinggi masih di kisaran 6,5 persen," ungkap Piter.

Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, realisasi inflasi di September 2022 lebih rendah dari perkiraan Bank Mandiri yang sebesar 1,29 (mtm), begitu pula bila dibandingkan dengan konsensus Bloomberg yang sebesar 6 persen (yoy).

Meski demikian, ia memperkirakan, laju inflasi di sisa tiga bulan tahun ini akan tetap tinggi di kisaran 6 persen (yoy). Sementara secara keseluruhan tahun diperkirakan tingkat inflasi nasional akan mencapai 6,27 persen.

Hal itu utamanya dikarenakan membaiknya permintaan di tengah pemulihan ekonomi, seiring dengan adanya kenaikan harga pangan dan energi sebagai imbas dari kenaikan harga Pertalite dan Solar.

"Dampak kenaikan harga BBM diprakirakan tidak hanya memberikan first round effect pada administered price (harga diatur pemerintah), tetapi juga second round effect terhadap barang dan jasa lainnya," kata dia.

"Apalagi, menurut BPS, belum semua kota melakukan penyesuaian tarif jasa transportasi di tengah penyesuaian harga BBM pada 22 September sehingga memberikan tekanan inflasi pada bulan-bulan berikutnya," lanjut Faisal.

Untuk diketahui, berdasarkan komponen, inflasi harga diatur pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 6,18 persen (mtm) di September 2022. Utamanya disumbang bensin yang memberikan andil 0,89 persen dan solar yang memberikan andil 0,03 persen.

Penyesuaian harga BBM itu telah mendorong kenaikan harga pada berbagai tarif angkutan. Seperti tarif angkutan dalam kota dengan andil 0,09 persen, tarif angkutan antar kota dengan andil 0,03 persen, tarif angkutan roda 2 online dengan andil 0,02 persen dan tarif angkutan roda 4 online dengan andil 0,01 persen.

Namun, di sisi lain laju inflasi September tertahan oleh komponen harga pangan bergejolak (volatile food) yang mengalami deflasi sebesar -0,79 persen (mtm). Komoditas hortikultura yang memberikan andil deflasi tertinggi yakni bawang merah -0,06 persen, cabai merah -0,05 persen,dan cabai rawit -0,02 persen.

Baca juga: Inflasi September Tembus 1,17 Persen, Tertinggi Sejak Desember 2014

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com