Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Sri Mulyani Ada 4 Negara Jauh dari Ancaman Resesi, Apakah Indonesia Termasuk?

Kompas.com - 20/10/2022, 10:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, setidaknya terdapat empat negara yang cukup berdaya tahan dalam menghadapi ancaman resesi di 2023. Keempatnya yakni Indonesia, India, Brazil, dan Meksiko.

Dia menjelaskan, perekonomian global tengah dihadapkan kondisi yang kompleks akibat kenaikan harga komoditas, lonjakan inflasi, hingga tren kenaikan suku bunga.

Lembaga-lembaga internasional pun menurunkan proyeksi pertumbuhan di semua negara, baik negara maju maupun berkembang.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi RI Dianggap Cerah dalam Kondisi Dunia yang Makin Memburuk...

"Negara-negara emerging juga mengalami kondisi yang relatif tertekan, meskipun di dalam situasi saat ini emerging country seperti Indonesia, India, Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik," ujarnya dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).

Meski demikian, ia menekankan, bukan berarti negara-negara emerging market tersebut tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi global. Sri Mulyani bilang, kondisi eksternal saat ini masih sangat bergejolak sehingga perlu untuk tetap diwaspadai, terutama oleh Indonesia.

"Inilah yang perlu diwaspadai, meskipun Indonesia sampai dengan tahun 2022 dan 2023 masih diprediksikan tumbuh di atas 5 persen, namun kita tahu bahwa eksternal faktor menjadi sangat dominan dan ini tentu mempengaruhi bagaimana kinerja ekonomi kita," papar dia.

Di sisi lain, lanjut dia, sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Inggris, dan China akan sulit menghindari ancaman resesi. Kondisi inflasi yang tinggi dengan direspons kenaikan suku bunga acuan dan pengetatan likuiditas memicu pelemahan ekonomi AS dan Eropa.

Sementara Inggris dihadapkan kondisi lonjakan inflasi dan krisis APBN yang menyebabkan terjadinya guncangan melemahkan perekonomian negara itu. Sedangkan China, mengalami pelemahan ekonomi baik karena dampak global maupun kebijakan nol Covid-19 yang membuat lockdown terus berlanjut.

Menurut Sri Mulyani, kondisi ini berdasarkan outlook ekonomi global yang oleh lembaga-lembaga internasional diproyeksi melambat menjadi di kisaran 2,3 persen-2,9 persen.

"Revisinya cukup tajam di hampir semua negara, Amerika Serikat menurun tajam di tahun 2022 dan 2023, bahkan sekarang kata-kata Resesi bukannya tidak mungkin di Amerika Serikat," kata dia.

"Eropa terus-menerus terbentur oleh kenaikan harga yang tinggi, dan kemudian memaksa bank sentral menaikkan suku bunga secara agresif, juga bahkan diperkirakan tahun 2022 hingga 2023 kemungkinan terjadi resesi," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Banyak Negara Terancam Alami Gagal Bayar Utang 

Kondisi ekonomi RI cerah

Pada kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga mengatakan, Indonesia berada di titik terang ketika IMF dan Bank Dunia (Wolrld Bank) memberikan gambaran bahwa kondisi perekonomian dunia akan kelam dan muram pada 2023.

"Kalau IMF, World Bank menggunakan kata-kata dark atau menjadi kelam atau muram untuk 2023. Namun Indonesia dianggap sebagai the bright spot dalam situasi kondisi dunia yang semakin memburuk," ujarnya.

Pada paparannya, disebutkan ada beberapa alasan yang membuat Indonesia menjadi salah satu the bright spot. Di antaranta, pertumbuhan ekonomi yang sehat di atas 5 persen dan level output ekonomi (PDB riil) sudah berada di atas pra-pandemi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com